Halaman

Senin, 27 Januari 2020

guru teladan vs wakil rakyat favorit


guru teladan vs wakil rakyat favorit

Bak setan main lingkaran. Sedemikian tenarnya menjadi ‘lingkaran setan’. Terjadi pada kehidupan anak manusia dengan derajat kemanusiaan sesuai format politik. Rekam jejak sosok guru, mengalami pasang surut berdasarkan penerapan pasal per-guru-an, ke-guru-an maupun serba guru.

Wakil rakyat menjadi pertimbangan moral adanya sosok berjasa di luar jalur guru. Apalagi jika merasa untuk meraih kursi satu periode sudah habis-habisan ambisi. Asumsi historis berujar bahwasanya nasib guru tergantung kebijakan wakki rakyat dengan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Peraturan perundang-undangan menyangkut nasib guru, yang mungkin sudah berjalan, berlaku dua periode atau produk lawan politik. Saatnya direvisi, diganti, dirubah, diremajakan. Pakai resep pendidikan dan atau pengajaran teranyarkan.

Pembantu presiden yang mengelola ‘nasib guru’ tak akan kalah balas jasa, balas budi guru yang tak pernah diminta. Tak pakai uang kembalian. Dedikasi guru tanpa uang muka. Tak kenal nilai tukar tengah. Soal besaran gaji, kecilan honor sesuai zonasi dapil wakil rakyat.

Guru yang benar, baik, betul, bagus adalah yang selama hidup memang guru. Berjiwa guru tak kenal sebutan pensiun, mantan guru. Beda cerita dengan artis yang sedang naik daun. Sehari bisa lebih dua lokasi rekaman. Ketika sepi order, punya dalih mau ‘istirahat’.

Istirahat-nya seorang guru adalah menyiapkan. Istirahat panjang wakil rakyat bukan masuk kotak salang atau berubah status, ganti haluan menjadi penyandang sebutan warga binaan tipikor. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar