guru teladan vs wakil
rakyat favorit
Bak setan main lingkaran. Sedemikian tenarnya menjadi ‘lingkaran setan’. Terjadi
pada kehidupan anak manusia dengan derajat kemanusiaan sesuai format politik. Rekam
jejak sosok guru, mengalami pasang surut berdasarkan penerapan pasal per-guru-an,
ke-guru-an maupun serba guru.
Wakil rakyat menjadi pertimbangan moral adanya sosok berjasa di luar jalur
guru. Apalagi jika merasa untuk meraih kursi satu periode sudah habis-habisan
ambisi. Asumsi historis berujar bahwasanya nasib guru tergantung kebijakan wakki
rakyat dengan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.
Peraturan perundang-undangan menyangkut nasib guru, yang mungkin sudah
berjalan, berlaku dua periode atau produk lawan politik. Saatnya direvisi,
diganti, dirubah, diremajakan. Pakai resep pendidikan dan atau pengajaran
teranyarkan.
Pembantu presiden yang mengelola ‘nasib guru’ tak akan kalah balas jasa,
balas budi guru yang tak pernah diminta. Tak pakai uang kembalian. Dedikasi guru
tanpa uang muka. Tak kenal nilai tukar tengah. Soal besaran gaji, kecilan honor
sesuai zonasi dapil wakil rakyat.
Guru yang benar, baik, betul, bagus adalah yang selama hidup memang guru. Berjiwa
guru tak kenal sebutan pensiun, mantan guru. Beda cerita dengan artis yang
sedang naik daun. Sehari bisa lebih dua lokasi rekaman. Ketika sepi order,
punya dalih mau ‘istirahat’.
Istirahat-nya seorang guru adalah menyiapkan. Istirahat panjang wakil
rakyat bukan masuk kotak salang atau berubah status, ganti haluan menjadi
penyandang sebutan warga binaan tipikor. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar