3 profil utama manusia
politik nusantara
Pertama tapi bukan kesatu. Penggembira, atau mirip bahkan lebih atraktif
ketimbang perokok aktif, penggila bola, penyuka sesama atau pembuang sampah di
tempat. Bisa beroperasi di mana saja, asal imbalan masuk akal. Malah mampu
mengerahkan masa bayaran. Masih kalah kasta dengan modus aspri penguasa tunggal
Orde Baru.
Kedua yang terkadang belajar dari pihak pertama. Juru sorak, macam pemberi
semangat pada laga olahraga. Menjadi profesi bergengsi bagi remaja. Tanpa
seragam, kustom bisa bebas lantang makian. Malah membuat pangggung tandingan.
Bukan pendukung fanatik. Juru keruh yang tak tahu untuk apa mulutnya.
Ketiga yang dipastikan bukan terakhir. Tukang keplok. Semula sebagai
pelengkap acara, adegan, atraksi banyolan. Bukti ringan di panggung ILC
(Indonesia Lawak Club). Daripada kuping terkontaminasi berita politik, lebih
baik nonton pelipur lara. Naik kasta, seolah mendukung pidato oknum presiden
seumur hidup sebuah parpol.
Maunya, mau membuat narasi yang cespleng. Tapi kini. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar