Uta Makan Menik Mati
Kemistisan bahasa.
Seolah menjadi bacaan dukun politik nusantara. Acap dipakai figur muapun
figuran publik agar tampak cerdas. Terlebih saat disadap awak media berbayar.
Yakin tayang langsung, pasang wajah garang binti garing. Ujaran yang keluar,
hafalan sesuai isi perut.
Petugas partai pun akan
mengalami pasal yang sama. Yang tampak siap dengan skenario terselubung, itu
yang masuk sebutan komedian politik. Pendidikan politik pola short time, pakai tarif jasa progresif revolusioner.
Panggung laga kandang
antar parpol tak bertuan, sebagai pemanis, pemantas demokrasi nusantara. Tahun
pertama jilid kedua, sudah mengindikasikan frasa bencana alam serentak vs
episode tragedi politik.
Proyek ambisius manusia politik kian membara. Benalu, parasit
politik mantan serdadu kian tahu kursi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar