heterogenitas Islam
nusantara, tereja "pi" + "sang", dibaca "gedang"
Tak perlu diherankan. Mengapa ada yang bangga bersebut
Islam nusantara. Pakai pasal apa atau dalil siapa. Kan sudah dibilang, tak
perlu terheran-heran. Makanya, perluas gaul liwat tapal batas. Keluar dari
sangkar emas. Bebaskan diri dari
tempurung keindonesiaan. Lihat dunia lain. Cek fakta fantastis.
Jika kita bergaul dengan orang yang gampang heran. Tak
heran jika kita terkontaminasi rasa suka heran sendiri. Derajat tertentu, heran
sendiri tanpa sebab, tanpa sadar. Terbawa arus peradaban yang gemar daun muda,
mentah. Rasa alami pada dedaunan tanpa pestisida kimiawi.
Apa daya diri ini memang sesuai garis keturunan,
silsilah. Mau didongkrak dengan tipu daya dunia. Tetap tak mampu meninggalkan
jejak sejarah. Rekam jejak kehidupan pun susah disimpulkan. Sertifikasi gratis
versi pemerintah digariskan mampu masuk bursa pasar bebas. Bak laga bebas klas,
bebas aturan main.
Mengapa harus mengacu pada nikmat dunia. Allah swt
menggelontorkan kandungan nikmat dunia kepada semua umat-Nya. Tak pilih kasih.
Terlebih bagi umat manusia yang hidupnya diabdikan, diabadikan untuk meraih
sukses dunia. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar