Halaman

Kamis, 31 Maret 2022

kencan saham, tanpa rencana berakhir bencana

 kencan saham, tanpa rencana berakhir bencana

 “si gèdhèg lan si anthuk”. Comot sana-sini, dioplos bebas, sumber jadi samar. Maksud judul  adalah, wong loro kang wis padha kangsèn tumindak ala bebarengan; wong-wong sing padha sekongkol. Bisa juga wong wêwangsitan utawa kêthikan, kang siji api ora. kang siji api-api ora wêruh. Kaya ta: wong loro sumêdya ngarah duwèking liyan, kang siji kaya ora mèlu-mèlu, nanging ing batin ngrewangi marang pangarah mau. Padha karo dudutan lan anculan (dudutan: talining kala; anculan: kalané).

dalil demokrasi nusantara, si gèdhèg lan si anthuk vs pemufakatan jahat”. Sejauh iseng, penulis belum secara tak sengaja melihat rumusan “pemufakatan jahat”. Apa karena masuk ranah ‘penyakit politik’, efek domino kejahatan politik yang masuk kategori ‘dipelihara oleh negara’. Sang legislator dan atau usulan pemerintah, sama-sama jaga wibawa. Makna peribahasa memakai bahasa Jawa dimaksud, tentu tak ada hubungan dengan pasal, dalil “pemufakatan jahat”. Beda pada pelaku. Pelakunya bukan person, atau orang sebagai individu. Tingkat sekongkol sudah sedemikian canggih. Pasal hukum buatan manusia bisa kalah selangkah. Kejahatan terselubung klas berat, tingkat tinggi yang susah diungkap.

koalisi kriminal legal megapolitan vs si gèdhèg lan si anthuk”. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem. Singkat ujaran tertulis. Sebutan ‘metropolitan. Adalah jika telah tersedia satu juta personil yang sigap kawal tegaknya hukum di nusantara. Di pihak lain, terdapat kawanan lawan politik yang anggota aktif sebuah partai politik lokal maupun nasional, terdaftar lebih dari satu juta kader.

si gèdhèg lan si anthuk vs sepakat untuk tidak sepakat”. Dengan demikian adanya maka dapat dikatakan, bahwa masyarakat bangsa nusantara terbiasa mempraktikkan sikap hidup agree in disagreement (bersepakat dalam perbedaan). Aksi kedekatan di luar jalur kekerabatan sesuai perpaduan berkesetaraan, sekat vs lekat. Simak UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan: Untuk pembinaan dan pengawasan terhadap Daerah kabupaten/kota memerlukan peran dan kewenangan yang jelas dan tegas dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap Daerah kabupaten/kota. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar