épigon nusantara, cetak ulang vs sekali pakai
Filosofi keilmuan, bukti pemikiran, daya prihatin akan nasib nusa bangsa sepertinya sudah diborong habis oleh para pendiri negara (the founding fathers).
Olah kata kedirian, kemandirian “tripetaka nusantara, peras – resap - serap”. Date modified di personal laptop 9/5/2020 8:38 PM. Menterjemahkan paham komunis dunia ke sistem perpolitikkan, ke struktur bebas demokrasi. Jalan pintas dengan membaurkan sila-sila dasar negara, idelogi nasional dioplos, dipoles dengan asas atheisme. Partai politik menjadi agama dunia. Daur, siklus, distribusi, sirkulasi proses kehidupan bernegara tentu lebih drastis, tragis ketimbang pratanda tersurat maupun tersirat pada judul. Pihak penyandang amanat pengayom masyarakat, tindakan penyalahgunaan wewenang dan kesewenang-wenangan menjadi dalil diskresi.
Rasanya, kalau hanya mengandalkan perasaan, memangnya kita terjajah oleh ideologi yang mengedapankan serta mengutamakan kepentingan partai daripada kebutuhan rakyat. Namanya politik, susah payah mendirikan partai politik, berdarah-darah mempertahankan keberadaan partai politik, kalau bukan untuk kepentingan individu, percuma tak berguna Bung! Blas ora ono lucune mbokdé mukiyo.
Yang jelas, bahwasanya wong bodho nanging sering nglakoni, luwih pinter
karo wong pinter nanging durung tau nglakoni. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar