ideologi kemanusiaan vs demokrasi kerakyatan
Berkemiripan dengan sebuah
kota/kabupaten di nusantara punya dua atau lebih klub sepak bola skala
nasional. Langganan juara laga tingkat kota/kabupaten. Tergantung angin keberuntungan. Pemain yang beruntung, dikontrak
menjadi pemain aktif di klub provinsi.
Banyaknya provinsi menjadikan laga kurang
kompetitif. Rivalitas antar klub nasional bentukan dadakan jelang PON. Model bancakan,
rayahan, arisan kursi konstitusi. Pagelaran anak wayang bebas lakon. Tempaan zaman menjadikan tukang sepak bola,
lebih berani malu. Kalah-menang bukan ukuran sukses diri.
Memanfaatkan semboyan “tepo sliro vs
wani piro”.
Pemirsa lintas benua, paham dengan
dimensi kepolitikan nusantara. Efek protokol bugar jiwa-raga beririsan dengan
model demokrasi prosedural horizontal maupun hierarkis vertikal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar