akal-akalané wong njero, bolo dhéwé
Pemirsa semua
kelompok umur, paham serial “spionase kontra spionase” pada Perang Dunia II. Cikal bakal dunia intelijen, permata-mataan. Mungkin. Alat komunikasi bak
zaman batu dibanding teknologi zaman terkini. Faktor manusia menentukan daya
sadap. Memanfaatkan orang di teritorial lawan manjadi penguping, dengar-dengar
maupun lihat.
Panggung
politik nusantara, modal demokrasi multipartai, paham gaya perang
non-konvensional. Tidak
perlu tahu posisi dan status lawan. Musuh dalam selimut sampai pesaing
profesional. Kondisi aman, nyaman, tata tentrem, adem ayem malah bikin
gerah. Anggaran konflik tersedia dari berbagai sumber. Bolo dupak sigap 24 jam.
Pendidikan politik diutamakan tebar
tabur ranjau ujaran berbasis penyakit hati. Kawan partai sanggup adu kepala melawan domba pejantan lokal
atau adu pantat lawan domba petelur. Lelang umum nomor jadi kursi caleg. Jangan pakai tanya tarif, lansung bayar kontan
di muka. Tarif caleg pemula lebih bergengsi.
Politisi sipil
kutu loncat, dibutuhkan semua pihak. Jabatan Adipati membuat Karna loyal
jenderal kepada sang raja Astina. Akankah
akan mucul model Kumbakarna maupun gaya Gunawan Wibisana. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar