geliat lidah generasi tulang lunak nusantara
Semboyan sedikiit bicara banyak ngomong. Makan secukupnya, hanya sering. Ahli hisap
rokok kéténgan beda aliran dengan
penjajan sate kambing ketimbang pelihara kambing. Jadi, masih terjadi aksi kawanan gembala adu domba.
Perguliran fakta “éfék domino éra mégatéga, gembala penyesat
vs gembala penghasut”. Produk lawas, date
modified 8/27/2018 8:27 PM. Terdokumen
di personal laptop. Di padang dan hutan
ideologi Nusantara, gembala dengan segala keahliannya, semakin mendapat tempat.
Dukungan berlimpah dari investor politik
lokal, interlokal, regional, nasional, multinasional tak kunjung surut. Efék
domino perjanjian dengan setan lama
maupun persepakatan dengan setan di éra mégatéga, tentu tak ada yang gratis.
Operasi 24 jam, sebelum anak bangsa Nusantara menjadi pengikut setianya.
Sedang berproses, adalah
“kamus politik Nusantara, pecundang gampang meradang”. ”. Produk lawas tetap renyah, date modified 8/17/2018 8:19 AM. Tertata rapi di personal laptop. Menyatu
dengan alam. Mereka belajar dari ulat daun yang
ahli gerogot. Kesenggol sedikit, langsung mengeluarkan sungutnya. Bukan bak
cacing tanah, badan remuk, terberai keinjak masih mampu menggeliat pongah.
Justru di lokalisasi
habitat dominan kawanan kader partai politik, langganan rawan-rentan-riskan
gizi politik. Lumbung pangan masyarakat berpolitik serba instan, diutamakan.
Jangan sampai demokrasi mati suri hanya
gara-gara urusan perut terganggu secara teknis. Musim paceklik bikin banyak
pihak kecelik.
Pemirsa
mengira kalau puisi itu mesti puitis. Mendayu-dayu. Melankolis. Meratap penuh
harap tanpa menatap. Tanpa tatap muka, satu
frekuensi, saling jaga rasa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar