Halaman

Kamis, 30 Juli 2015

Puasa, Bukti Kekuasaan Allah Pada Penciptaan Manusia

 Humaniora     Dibaca :462 kali , 0 komentar
Puasa, Bukti Kekuasaan Allah Pada Penciptaan Manusia
 Ditulis : Herwin Nur 25 Juli 2013

Wajib Puasa
Ayat perintah Allah dalam Al-Qur’an (QS Al Baqarah [2] : 183) : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
Harus kita sikapi dan antisipasi dengan cerdas. Allah memberi tubuh kita berbagai fasilitas untuk melakukan kewajiban berpuasa. Puasa perut dalam batasan fisik yaitu menahan tidak makan/minum antara waktu azan subuh sampai azan maghrib, akan menjadi ringan jika kita secara rutin memahami makna sebagian terjemahan Al-Qur’an (QS Al A’raaf [7] : 31) : ". . . makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Maksud berlebih-lebihan’ adalah janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas makanan yang dihalalkan. Berlebih-lebihan bisa kita terapkan pada pancaindera dan hati kita, agar tak semakin terpuruk karena beberapa sifat manusia yang menjadikan dirinya hina dan sengsara. Total, puasa Ramadhan adalah puasa perut, puasa pancaindera dan puasa hati.
Banyak pakar menemukan fakta kemanfaatan puasa dari aspek kesehatan (terapi pengobatan tanpa obat) sampai kepedulian sosial (membayangkan orang lain hanya makan sekali sehari). Tapi banyak pula orang mendakwa puasa sebagai biang melemahnya tenaga fisik dan daya otak, turunnya prestasi dan produktivitas kerja, anjloknya konsentrasi dan semangat beraktivitas rutin harian.
Kawal Takwa
Puasa sebagai pangkal tolak atau mata rantai mempertahankan sekaligus meningkatkan derajat takwa. Etape utama dalam mengawal takwa pada bulan Ramadhan, dilakukan massal dan total dalam sebulan penuh. Pengawalan takwa pasca Ramadhan bersifat pembuktian kemanfaatan puasa, mungkin masih dirasakan hingga bulan Syawal.  Pengawalan takwa pasca Syawal, khususnya ketika antar ummat Islam sudah saling memaafkan, bisa lebih berat karena bersifat tidak massal dan tantangannya bersifat individual.
Puasa sunah sebagai servis ringan bagi tubuh, untuk mengecas potensi raga dan menginstal ulang potensi jiwa. Puasa Ramadhan ibarat servis berat bagi tubuh yang selama 11 bulan diajak berjibaku mengarungi kehidupan dunia. Akumulasi puasa Ramadhan dan sunah akan lebih hebat lagi, dapat membersihkan jiwa dan rohani, menjernihkan hati dan daya nalar dan otak dari segala keniscayaan hidup, serta mampu mengembalikan derajat kemanusiaan.
Kompromi Individu
Mengacu pada ayat tentang riwayat penciptaan manusia, kita lihat dua ayat yang terkait pada terjemahan [QS Adz Dzaariyaat  (51) : 20 dan 21] : “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Serta pada cuplikan [QS Fushshilat (41) : 53] : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. 
Meyakini akan tanda kekuasaan Allah pada tubuh manusia, bukan secara fisik menyidik anatomi tubuh, tapi dengan melaksanakan wajib puasa secara total. Puasa tak mungkin melemahkan fisik atau menyebabkan kekurangan gizi. Tubuh manusia ciptaan Allah tak akan tertandingi dengan rekayasa teknologi manusia.  Untuk merawat dan meruwat agar tubuh tetap prima, memang perlu sentuhan teknologi mutakhir, dengan puasa kinerja tubuh tetap eksis. Tubuh mampu bertahan beberapa hari tanpa makan/minum, sebab hidrat arang, lemak atau protein menjadi bahan bakar cadangan yang cukup lama. [Herwin Nur/wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar