mental
negarawan Nusantara, politisi tangan diatas vs politisi tangan dibawah
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda
: “Tangan yang diatas lebih baik
dibanding tangan yang dibawah” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadist di atas masih bisa diberlakukan
kapanpun untuk urusan apapun. Tak terkecuali di industri politik Nusantara. Bukan
berarti para pelaku di panggung politik atau politisi atau oknum kawanan
parpolis ada yang ahli main tangan, ada yang pakar ringan tangan, ada yang cakap
panjang tangan, ada yang lihai lempar batu sembunyi tangan maupun tangan kanan menerima,
tangan kiri jangan sampai tahu.
Jika status negarawan wajib melalui prosedur,
proses dan jalur politik (baca: partai politik), walhasil setiap periode,
setiap pasca pesta demokrasi lima tahunan, Indonesia semakin minus negarawan. Atau
jauh dari atribut kenegarawanan. Sebut saja dengan nyata dan terang benderang,
adalah oknum ketua umum parpol, karena mengikuti kehendak pemirsa, menuruti
keinginan pendengar, tetap mau dicalonkan lagi. Tindakan heroik ini sama dengan
menyumbat proses regenerasi tetapi tidak untuk menyuburkan politik dinasti /
dinasti politik. Atau oknum ketum parpol tetap berminat bertengger di pucuk
pimpinan, memasuki periode kedua.
Terbentuknya koalisi jelang pemilihan
presiden, sampai berjalan pemerintahan, malah membuktikan bahwa mana politisi
tangan diatas dengan mana politisi tangan dibawah. Tentunya pendulum Rp yang
menentukan.Yang penting, semua fakta tanpa perlu disurvei, tak ada hubungannya
bahwa politik itu kotor..[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar