Halaman

Minggu, 19 Juli 2015

perjuangan pasca Ramadhan, mempertahankan derajat taqwa

perjuangan pasca Ramadhan, mempertahankan derajat taqwa


Saat umat Islam melaksanakan Rukun Islam keempat yaitu berpuasa pada bulan Ramdahan, secara matematis waktu dalam satu tahun hijriah (bulan qomariah) telah menghabiskan 12,5%nya. Proses religi puasa Ramadhan berjalan beriringan, berdampingan dan terkadang berpacu dengan acara adat dan budaya lokal sampai nasional. Menyemarakkan semangat dan spirit Ramadhan merupakan perpaduan rirual religi dengan ritual adat.

Pengalaman berpuasa, khususnya telah puluhan kali melakukan puasa Ramadhan, menjadikan umat Islam nampak adem ayem saat menghadapi awal Ramadhan. Persiapan yang dilakukan bersifat seremonial adat. Daya tarik utama puasa Ramadhan bagi sebagian umat Islam adalah karena adanya gaji/pensiunan ke-13, THR, libur, jam kerja berkurang secara formal, mudik, baju baru, makan besar. Tak kurang yang membakar uang (petasan, kembang api), remaja sahur untuk asmara subuh. Berkah Ramadhan dirasakan semua umat beragama, mempercepat roda perekonomian pangan, sandang, transportasi dan hiburan.

Jika puasa diartikan suatu kewajiban menahan diri dari hawa nafsu yang bisa membatalkan nilai puasa bahkan menggugurkan pahala puasa, maka puasa masuk kategori jihad jasmani (bagi orang beriman), di samping ada pula jihad rohani, yakni meninggalkan semua bentuk maksiat inderawi (maksiat mata, mulut, tangan, kaki, bahkan hati). Rasulullah SAW telah mensinyalir, mendeteksi berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada umat Islam yang melaksanakan puasa Ramadhan, sesuai sabdanya : “Berapa banyak dari orang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”. Tak sedikit yang cepat qatam sholat tarawih, apalagi berbagai rangkaian ibadah memuliakan bulan mulia. Tak kurang jamaah tetap, jamaah setia, jamaah langganan serta memuliakan rumah Allah yang tidak terikat waktu Ramadhan atau tidak.

Adalah derajat ‘agar kamu bertakwa’ (lihat QS Al Baqarah [2] : 183), sebagai insan yang bertaqwa (al Muttaqin), merupakan raihan prestasi puncak bagi alumnus perguruan tinggi Ramadhan. Namun, untuk mencapai derajat taqwa tidak semudah yang tersurat apalagi yang tersirat di atas kertas. Terlebih jika memahami bahwa puasa mempunyai klasifikasi tiga tingkatan, yaitu : i. Puasa awam (umum); ii. Puasa khawwas (khusus); dan iii. Puasa khawwasul-khowas (khususnya khusus). Wajib pula kita memahami bahwa ‘amal puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya’.

Apakah dengan gelar ‘master of taqwa’ di tangan, kita bisa bebas melenggang memasuki jalur bebas hambatan selama 11 (sebelas) bulan mendatang. Ketika sajadah sudah terlipat rapi kembali, sarung dilipat simpan, mukena kembali ke kotak penyimpanan,  baju koko diseterika masuk almari, seolah kita sudah sampai finish suatu etape perjuangan. Kita merasa menjadi manusia paripurna yang siap berjibaku mengarungi dan menarungi kehidupan dunia bebas.

Apakah kita merasa telah menjadi manusia merdeka, manusia bebas. Kembali menekuni pekerjaan semula, meneruskan kebiasaan yang tertunda atau berhenti selama Ramadhan. Kembali melanjutkan adat kebiasaan lama sesuai aturan main di tempat kerja. Kembali memainkan peran masing-masing sesuai skenario kehidupan dunia. Atau bahkan siap melakukan tindakan rutin dari subuh hingga subuh berikutnya yang membuahkan kesalahan dan menghasilkan dosa yang sama.

Apakah kita yakin diri akan mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah kehidupan dunia yang sarat dengan jebakan dan jeratan nafsu. Merebut gelar juara umum dan utama, meraih predikat dan peringkat nomer satu, menggapai puncak prestasi, memborong pucuk pimpinan untuk urusan dan skala dunia yang sejauh ini dianggap sebagai hasil jerih payahnya, hasil peras otaknya, hasil kerja kerasnya, hasil olah akalnyaakankah masih bisa dipertahankan.

Apakah, akankah kita bisa mempertahankan gelar manusia yang beraqwa selama 11 (sebelas) bulan ke depan. Apakah tidak akan terdegradasi, terkuras tuntas, terkikis habis dari hari ke hari (karena ada dosa harian), dan akankah kita bisa memperbarui, mengisi ulang derajat ketaqwaan di Ramadhan mendatang. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar