negarawan Nusantara, politisi
sangkar emas vs politisi padang rumput
Indonesia kelebihan orang pintar berbasis kampus menara gading. Indonesia
kebanyakan ‘orang pintar’ berbasis kepercayaan kepada alam dan ‘penunggunya’.
Jangan heran, formulasi makna negarawan, diterjemahbebaskan berdasarkan
tataran dan tatanan akademis serta disangkutpautkan dengan pasal dan ikhtiar duniawi.
Bahkan oknum anak bangsa yang merasa dirinya negarawan (tidak ada
negarawati), dengan bangga mengartikan negarawan berdasarkan kemampuan diri. Mengekspos
apa yang pernah dilakukan menjadi butir-butir, pernak-pernik rumusan negarawan.
Ketika kawanan politisi yang notabene adalah kawanan parpolis bangga
dengan busana kebesaran, bangga dengan atribut partai, bangga dengan lambang
partai. Bahkan suatu warna tertentu identik dengan nama parpol. Tanpa disadari
mereka terbelenggu, terjebak, terikat aturan main yang baku, kaku serta
mengikat diri. Mereka bak pasar modern yang menjamur disepanjang jalan utama.
Di luar, banyak pejuang bak pasar tradisional. Mereka mampu
menterjemahkan kebutuhan dan kemampuan nyata masyarakat, tanpa survei. Mereka
mampu mewujudkan interaksi sosial tanpa sekat hiraki, protokeler dan strata
politik.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar