Halaman

Senin, 20 Juli 2015

mental negarawan Nusantara, membanggakan sejarah masa lalu vs mengandalkan sejarah masa depan

mental negarawan Nusantara, membanggakan sejarah masa lalu vs mengandalkan sejarah masa depan



Banyak pelaku sejarah tak dikenal, tak pernah muncul di permukaan, tak pernah menampakkan diri, tak pernah tampil di pentas, tak diketahui hutan rimbanya, tak pernak diketahui asal usulnya sehingga tak tercatat dalam sejarah, namun daya juangnya dirasakan sampai kini. Tak kurang berbagai kejadian peristiwa bersejarah dimanipulasi, disamarkan, dihilangkan, maupun dihapus dari sejarah secara sengaja.

Ironis dan bikin hati kita miris, banyak anak bangsa membanggakan masa lalu, masa lampau, masa yang telah liwat. Kata orang arif bijaksana, jika anda berbangga dengan jasa nenek moyangmu, maka jasa dan keutamaan itu milik mereka, bukan milik kita. Analog, jika kita merasa PD, merasa keren, merasa gagah, merasa jadi pusat perhatian, merasa nomer satu, merasa jagoan karena tampil mengenakan busana kebesaran partai politik, berarti yang berharga, bernilai, bermartabat, berklas adalah sang busana. Bukan yang dibalut, dibungkus, diformat oleh busana. Bukan diri kita. Kita hanya sembunyi di balik ‘daya juang’ busana.


Sudah kehendak sejarah, pelaku sejarah masa depan, yang menyiapkan sejarah masa depan, tidak mengenakan busana dan atribut partai politik. Mereka tidak dikenal dan terendus oleh media massa milik siapapun. Mereka luput dari liputan langsung kamera tv. Keberadaannya tak pernah dirasakan, tak bisa dideteksi, tak dapat disinyalir, tak mampu diduga oleh aparat pertahanan dan keamanan. Walau CCTV terpasang di segenap tempat strategis dan rahasia. Kehadirannya tak bisa dilacak oleh telik sandi negara. Daya juang mereka tak masuk skenario siapapun dan manapun. Mereka sebagai peubah sejarah. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar