mental
negarawan Nusantara, membanggakan sejarah masa lalu vs mengandalkan sejarah
masa depan
Banyak pelaku sejarah tak dikenal, tak pernah
muncul di permukaan, tak pernah menampakkan diri, tak pernah tampil di pentas,
tak diketahui hutan rimbanya, tak pernak diketahui asal usulnya sehingga tak
tercatat dalam sejarah, namun daya juangnya dirasakan sampai kini. Tak kurang berbagai
kejadian peristiwa bersejarah dimanipulasi, disamarkan, dihilangkan, maupun
dihapus dari sejarah secara sengaja.
Ironis dan bikin hati kita miris, banyak anak
bangsa membanggakan masa lalu, masa lampau, masa yang telah liwat. Kata orang
arif bijaksana, jika anda berbangga
dengan jasa nenek moyangmu, maka jasa dan keutamaan itu milik mereka, bukan
milik kita. Analog, jika kita merasa PD, merasa keren, merasa gagah, merasa
jadi pusat perhatian, merasa nomer satu, merasa jagoan karena tampil mengenakan
busana kebesaran partai politik, berarti yang berharga, bernilai, bermartabat,
berklas adalah sang busana. Bukan yang dibalut, dibungkus, diformat oleh busana.
Bukan diri kita. Kita hanya sembunyi di balik ‘daya juang’ busana.
Sudah kehendak sejarah, pelaku sejarah masa
depan, yang menyiapkan sejarah masa depan, tidak mengenakan busana dan atribut
partai politik. Mereka tidak dikenal dan terendus oleh media massa milik
siapapun. Mereka luput dari liputan langsung kamera tv. Keberadaannya tak
pernah dirasakan, tak bisa dideteksi, tak dapat disinyalir, tak mampu diduga
oleh aparat pertahanan dan keamanan. Walau CCTV terpasang di segenap tempat
strategis dan rahasia. Kehadirannya tak bisa dilacak oleh telik sandi negara. Daya
juang mereka tak masuk skenario siapapun dan manapun. Mereka sebagai peubah
sejarah. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar