Halaman

Selasa, 07 Juli 2015

revolusi mental Nusantara, koalisi partai politik untuk kekuasaan vs koalisi rakyat untuk bangsa negara

revolusi mental Nusantara, koalisi partai politik untuk kekuasaan vs koalisi rakyat untuk bangsa negara


Joko Widodo (Jokowi) yang menuntaskan pendidikan tingginya di Kota Pelajar, Kota Pendidikan, Kota Budaya, serta sebutan lainnya, tentunya faham mana emas mana loyang. Begitu juga saat menghadapai partai politik pengusungnya yang menjadikannya sebagai calon presiden pada pesta demokrasi 2014. Jokowi sudah mampu memprakirakan mana yang ahli menjilat, mana yang pakar menghujat.  Mana yang ahli menggunting dalam lipatan, menohok rekan seiring.

Jangan heran, ‘revolusi mental’ yang didengungkan, digadangkan serta didendangkan oleh Jokowi untuk menjawab fakta nantinya. Jokowi yakin bahwa mental politik kawanan parpolis pengusungnya tak jauh dari urusan mulut dan perut. Menghadapi bandar politik berikut begundal, bolodupak, cecungguk maupun sekedar penggembira, Jokowi menggunakan bahasa dan adat lawan. Beradaptasi di kandang kambing dengan ikut mengembik. Ironisnya, suara embik sesuai prosedur tetap yang berlaku di internal parpol, sudah dibakukan turun temurun.

Terbukti, koalisi partai politik yang beredar resmi, bukan sebagai perwujudan kawan senasib, rekan sependeritaan, sobat sepenanggungan, sahabat seperjalanan, karib sepengorbanan. Mereka berkoalisi agar jangan dijadikan kambing hitam, jika selama 2014-2019, rakyat hanya sebagai obyek keserakahan, keganasan, dan kefasikan kawanan parpolis.

Koalisi partai politik berbasis politik transaksional, ideologi Rp menjadikan kekuasaan atau lengkapnya berhala Reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya) menjadi tujuan utama. Ikhwal kesejahteraan rakyat yang diwakili, itu urusan nomer terakhir. Muncul pun hanya sebatas kalkulasi politis di atas kertas. Makanya muncul ide mulia berbentuk Dana Aspirasi.


Rakyat yang dianggap buta politik, sudah tidak bermental ‘sendiko dawuh mbokde’. Ambang batas kesabaran rakyat sudah di depan mata. Kadar kearifan rakyat sudah di ambang jenuh.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar