ras trah silsilah anak kronologis kepartaian
Langsung saja ke si pengoceh. Dengan
emosi dan tangan beraksi main tunjuk, “saya paling tidak suka kalau orang
menjelek-jelekkan saya”. Tanpa rincian, apalagi apanya yang dijelek-jelekkan. Agar
ocehannya tidak melantur, saya jawab dengan agak teriak, “Mana mungkin. Kan
sudah jelek . . . . “.
Pertimbangan kepentingan berlapis,
membuka peluang praktik politik terapan. Penerawangan periode berikutnya, ganti
pemain rubah aturan main. Merasa pegang tiket terusan, langsung jual mahal.
Kendati tergeletak di tepi jalan, tidak ada pihak yang ambil kesempatan. Ambisi
politik menggugurkan kerukunan segala jenjang dan arah kehidupan
berkeindonesiaan.
Politis sipil bak rasa sambal tanpa
cabai. Pemilik “darah biru” idelogis merasa
paling berjasa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar