hampa, hapus hilangnya jiwa nasionalis kebangsaan
Sarat teori pedagogis atau sebaliknya menang praktek
tanpa ilmu, tanpa tuntunan. Asal loyal ke
tuntutan panggilan tugas, merasa layak
berbakti. Soal uji petik esensi, substansi bak repetisi tipikal. Masuk zona
aman, anggap cakap. Tunggu tanggal main, urut nasib atau kiat sukses tanpa percepatan,
pelancar, pelicin.
Pewaris tunggal ‘nasakom jiwaku’ sukses
melanjutkan eksistensinya. Mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan
strategis nusantara. Bersimbiose sinergi bersama gurita ekonomi nasional. Oligarki
kian bertaji lewat mencetak petugas partai.
Demokrasi berkeadilan sosial tapi bukan sosialis memanfaatkan
angka kemiskinan subversi BPS. Kondisi sosial masyarakat menjadi obyek segala
obyek politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar