antiklimaks petugas partai, tunas partai vs tunas bangsa
Predikat presiden, kepala negara, keplaa pemerintahan,
pemimpin bangsa di tangan parpol wong-cilik
berubah drastis menjadi status petugas partai.
Bukti multikrisis bangsa besar. Negeri mulipartai, negeri mulltipilot.
2014-2019 lanjut 2019-2024 sang petugas
partai menggelinding, menggelundung, menggelandang bebas mencari jati diri. Mewujudkan jiwa kenusantaraan.
Tekanan internal dihadapi dengan merangkul
lawan politik. Sambil mengakomodir kebijakan
internasional, menterjemahkan skenario global, menerima aliran dana investor politik multipihak.
Ironis binti miris. Parpol pengusung, kapasitasnya memang
pendorong, penggotong, pengusung, pemanggul.
Kurang cerdas mencetak bakalan capres internal. Ras trah silisilah anak
kronologis kepartaian. Sejalan dengan
“nama
baik” juara umum pesta demokrasi terkuak,
terungkap, tersingkap. Menambah daya khazanah fakta berlapis dari ingatan
kolektif. Memikat perhatian publik hingga menimbulkan spekulasi politik yang
liar, seliar ideologinya.
Filosofi politik nusantara berujar, “perihal
yang digembar-gemborkan oleh penguasa berarti bukan itu yang terjadi”.
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar