gaduh politik nusantara, bukan gaduh antar parpol
Namanya politik. Sulit dikuliti. Adat
lokal diadu dengan adat global. Bukan pasal mana yang lebih otonom. Betapa
petinggi partai politik sempalan, dadakan, perpanjang tangan mutipihak, tiban, panasadem
menempel penguasa.
Merasa selaku penyokong, pendorong, dukungan suara sekaligus lonjakan suara
legislatif. Masuk babak kedua, merasa jatah
kursi eksekutif tidak sebanding. Merasa kecolongan, tiwas dandan. Tanpa aba-aba,
bebas komando siapa saja langsung balik badan diri. Topeng bopeng politik tidak
bermanfaat lagi. Topeng model yang bagaimana agar aman sampai tujuan.
Pakai dalil “sekali berarti, merasa berhak tujuh turunan”. Tersimpan aman di
personal laptop. Date modified 8/17/2020 7:02 AM. Ungkapan yang tidak pernah resmi
atau diresmikan. Tiap adat lokalitas punya ikhwal semaksud. Kasus sedang
bergulir saling melengkapi. Pelaku tentunya anak bangsa yang dekat awak media.
Perkara yang menyudutkan pihak tertentu plus ada pihak yang diuntungkan. Bumi
bertelinga. Aksi lacak endus kawanan gembala penebar dan penabur fitnah dunia,
sigap 24 jam.
Jadi, nusantara mau digulirkan ke pihak mana. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar