memblé-memblé goyang lambé
Peribahasa dengan mengandalkan lema ‘lambé’, terasa
atraktif dan akan terus bertambah. Bukan untuk menilai ciptaan-Nya. Lebih ke
arah kemultian di atas. Obyek operasi plastik agar rasa percaya diri meningkat.
Menambah wibawa, pesona, citra diri.
Bentuk idealnya tidak bersifat universal. Tidak
bisa diklasifikasikan secara hirarkis. Seperti nasib warna kulit, bentuk dan
warna rambut. Pilihan tergantung sering tidaknya bercermin. Bahasa tubuh kian
nyata dengan tampilan kehadiran sepasang bibir.
Manusia yang gemar buka mulut selebar. Tanpa sadar
menampakkan konflik vertikal antara bibir atas dengan bibir bawah. Tapi justru
model koordinasi menunjukkan kejujuran diri. Kesan pertama karakter wajah,
simak sikap bibir apa adanya.
Wajah kemanusiaan dan hak-hak asasi manusia, secara politik membelenggu jiwa bebas manusia. Padahal anjuran kepada semua umat manusia untuk tampil dengan wajah berseri dan penuh rendah hati. Ekspresi jiwa terbaca pada bentuk cakupan sepasang bibir. Ungkapan, peribahasa berbasis kata ‘bibir’, malah menjadi judul lagu. Tiap ras etnis nusantara punya pranata, perlambang per-bibir-an. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar