Halaman

Jumat, 10 Juni 2022

juru dengung, tuna jurus tanduk panggung

 juru dengung, tuna jurus tanduk panggung

  Semenjak muncul tokoh pelopor ujaran kebencian dipelihara negara, merembet ke sistem bukaan mulut plus media massa arus pendek,  media  alternatif. Tanpa tatap muka, ahli membolak-balikkan fakta. Satu fakta tampil aneka versi diri semua sisi. Mental dan moral wayang saja masih praktekkan tatakrama, subasita. Lebih katimbang itu, adegan wejangan maupun dialog, diskusi, debat antar pelakon, dikemas secara filosofis. Menjadi mata didik.

Tinggal satu pertanyaan mendatar dan satu pertanyaan menurun teka-teki silang asah otak  2024 belum terisi. Sosok, tokoh, profil diduga dadakan muncul jelang batas akhir penetapan capres 2024. Jumlah kotak sama. Hari ini ganjil, besok genap. Sama-sama berakhiran huruf mati/genap atau huruf hidup/ganjil.

Padahal kalau musuh negara datang menyerbu. Melihat kawanan loyalis penguasa malah iba hati. Pilih mundur hemat harga diri. Naluri, nalar, insting mereka berbisik, itu kawanan loyalis penguasa tak perlu ditewaskan. Nanti juga mati sendiri. Bilamana perlu, bagi-bagi kursi plus nasi bungkus atau sertifikat layak hidup. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar