Halaman

Kamis, 23 Juni 2022

ikn nusantara vs sentimen semu nenek moyangku

ikn nusantara vs sentimen semu nenek moyangku 

Pesta demokrasi yang paling demokratis pun, bahkan yang dipraktikkan di negara dwipartai, supermaju, adidaya, tetap tak akan lepas dari biaya politik. Kampanye politik sampai pendekatan ke yang punya hak pilih, pendekatan door to door, pendekatan hati ke hati tak akan lepas dari atau bagian mata rantai biaya politik.

Sebagai negara multipartai, wajar kalau dasar negara disesuaikan dengan bahan kampanye. Formulasi sejahtera Indonesia, lebih menberi akses kepada pihak mana pun yang peduli dengan kondisi bangsa. Pemerintah bayangan pun sudah melampaui hakikat otonomi daerah.

Pasti, dalil kuno: Veni, Vidi, Vici utawa  "Saya datang, saya melihat, saya telah menaklukkan" tak begitu saja bisa ditanggalkan, ditinggalkan. Sebagai individu, insan merdeka dan bebas intervensi politik, maka setiap atlet punya perjalanan karir.

Budaya bangsa memang menggariskan patuhilah pimpinan, wakilmu selama masih bener lan pener. Ketika sang penguasa semakin keblinger, wajib diingatkan. Tindak keblinger sampai klimaksnya, membuat rakyat nek, mblenger, perlu tindak turun tangan.

Menetapkan produk hukum yang memuluskan jalan sampai akhir periode. Jangan sampai terjegal, ternegal di tengah jalan. Sekaligus membuat jaring pengaman atas tuntutan zaman pasca kontrak politik habis. Membanggakan masa lalu dalam hal jasa keringat leluhur. Soal kasus hukum, jeratan pidana atau pasal lain, otomatis diputihkan dan periode pengganti mulai dari nol, start dari babak awal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar