siapa sangka, diam di rumahpun bisa timbun
dosa
Sekilas saat dengar
tausyiah di acara media penyiaran televisi swasta, saya dengar tutur ustadz
bahwa di rumah, dampak menonton sekaligus mendengarkan acara yang mengungkap
aib orang, biasanya kasus perceraian para penghibur, bisa mendatangkan mudharat
bagi kita. Bisa menghasilkan dosa.
Bukannya
mengkambinghitamkan acara, atraksi, adegan yang ditayangkan media penyiaran
televisi swasta maupun TVRI, walau hasil survei Komisi Penyiaran Indonesia (KPI ) Pusat,
menyatakan bahwa kualitas program acara televisi masih di bawah standar
berkualitas. KPI menyoroti 3 (tiga) program siaran
yang mendapatkan nilai indeks jauh di bawah standar KPI, yakni: program
infotainment, sinetron dan variety show. Sedangkan untuk program religi dan
wisata/budaya, indeks kualitas yang didapat di atas 4, dan menunjukkan
program ini berkualitas. (KPI, Selasa, 09 Jun 2015 13:45)
Minimal kefasikan media massa, tidak
sekedar pada merekayasa berita, tetapi dalam mengkemas dan menyajikan program.
Kemasan berita bisa ditayangkan berulang, agar menimbulka dampak sistemik,
masif dan berkelanjutan, sebagai bagian proses pembodohan rakyat. TV sudah
bukan barang mewah. di warung rokok, warung makan, pos hansip, tempat
tongkrongan dan mangkal remaja jalanan, TV digeber malam siang. Di tempat
pangkas rambut, sambil kerja bisa menikmati siaran TV.
Agar tak terkontaminasi kefasikan tayangan televisi,
bukan harus lantas boikot tidak mau tonton/dengar. Karena televisi bukan
satu-satunya produk teknologi informasi dan komunikasi yang bisa membangkitkan
dosa seseorang. Tak urung, sering dibahas oleh berbagai disiplin profesi,
ternyata gadget tak kalah ampuh dibanding televisi.
Di tangan bayi/anak yang sedang tumbuh kembang, bisa
melahirkan sikap ansos (anti sosial). Sibuk dengan gadget agar tidak rewel, dan
sang ibu tenang. Kalau ibu rumah tangga rajin update status atau
berpetualang, apa kata dunia? Ironis, kalau wanita karir, sesampainya di rumah
langsung bergaul dengan gadgetnya. Tidurpun berbekal gadget. Bangun tidur
langsung buka gadget. Belum jika gadget dimanfaatka secara optimal oleh remaja,
anak tanggung (seperti tarif cukur rambut, dewasa bukan, anak bukan).
Pepatah Jawa sejak lama menorehkan “the important is not gun, but the man behind the
gun”. Maksudnya “kumpul ora kumpul, sing penting mangan”. Jadi rumah adalah sebagai tempat berkumpulnya anggota
keluarga, bukan hanya saat makan bisa duduk satu meja. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar