oknum sekjen nasdem, tata niaga politik vs tata niaga
tipikor
KATA ANTAR
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --
Komisi Pemberantasan Korupsoi (KPK) menetapkan Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio
Capella sebagai tersangka dalam penanganan perkara di Kejaksaan Tinggi dan
Kejaksaan Agung.
"Penyidik menemukan dua bukti permulaan yang
cukup untuk menetapkan PRC sebagai tersangka selaku anggota DPR," ujar Plt
Pimpinan KPK Johan Budi di KPK, Kamis (15/10).
Johan melanjukan, Patrice Rio Capella diduga melanggar
Pasal 12 huruf a, huruf b atau Pasal II UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. "Ini soal penerimaan dan pemberian, PRC diduga
menerima hadiah atau janji," katanya.
Sebelumnya, nama Patrice Rio Capella memang sempat
disebut-sebut oleh Gubernur Sumut nonaktif Gatot Pujo Nugroho dan istrinya yang
menjadi tersangka dalam kasus suap hakim dan panitera PTUN Medan. Rio Capella
disebut terlibat dalam mengamankan kasus dana bantuan sosial Pemprov Sumut.
REKAT KATA
Kecurigaan rakyat jelata yang buta politik, wong cilik
yang buta hukum, atas “udang di balik batu”nya partai politik khusus pesta
demokrasi 2014, nasional demokrat (nasdem), semakin nyata dan terang benderang.
Media massa, mengungkapkan bahwa secara de facto dan de jure oknum
partai nasdem seklas sekjen, sebut saja Patrice Rio Capella, ternyata dengan sadar telah masuk
jajaran tipikor. Kefasikan media massa, kali ini tidak bisa mengkebiri fakta.
Berita di atas, “kata antar”, diambil dari pemberitaan di media online
Republika.
Kinerja nasdem langsung menyalip parpol yang sudah
jauh lahir dan berpengalaman di beberapa pesta demokrasi lima tahunan.
Bisa jadi nasdem sebagai tempat penampungan akhir
sampah politik. Minimal, banyak petualang politik yang memanfaatkan parpol
anyar bak cendawan di musim hujan. Bermunculan parpol di musim pesta demokrasi,
bukti tata niaga politik, dari hulu ke hilir atau sampai ke pengguna, penerima
manfaat akan betul-betul memanfaatkan kesempatan, menjadi sistem yang jadi lagu
wajib anggotanya. Terlebih jika disipilin ilmu bisa mendukung modus operandi,
disertai aji mumpung, budaya tebal muka, kalkulasi politik, syahwat politik,
akal politik, logika politik. Tata niaga politik di atas kertas sudah
menggambarkan peta arus dan aliran Rp.
Pemilik nasdem yang gemar berkoar tentang semangat
mau berkorban untuk nusa dan bangsa, apalagi memiliki congor dan corong untuk
berpropaganda jual obat manjur mengatasi luka bangsa dan negara. Rakyat semakin
yakin bahwa itu semua hanya sebagai hiasan belaka. Bahkan tepatnya bahwa ybs
saja tidak tahu apa yang diomongkan. Tidak faham apa yang diomongkan kosong
atau sekedar biar dianggap orator.
Biar dikira pemikir ulung, penuh dengan gagasan adi
luhung, atau bukan sekedar mencari untung.
Biar diduga sebagai satu-satunya manusia yang
memprihatinkan nasib bangsa, menghiba-hiba agar bisnis laris manis.
Biar disangka ahli, lihai, mahir, pakar dan nara
sumber utama yang layak dan patut mengatur negara sesuai tabiatnya mengatur
uang.
Biar didakwa sebagai filsuf yang sudah melupakan
urusan dunia, sambil mempraktikkan mengatur negara bak mengatur uang.
Bisa juga, nasdem sebagai wadah ideal titik temu oknum
pelaku politik transaksional, oknum kawanan politisi sipil kutu loncat yang siaga
memanfaatkan momentum, oknum penganut ideologi Rp. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar