kabut asap, dipermalukan di negeri sendiri
Bayangkan di nalar
kita, andai ratusan juta manusia Indonesia merokok bareng, pada waktu yang
bersamaan. Di bawah aba-aba JK (jaminan kematian). Asap yang dikepulkan masih
kalah banyak dengan kabut asap bakar hutan. Yang girang Cuma negeri pengimpor
tembakau, rokok ke Indonesia. Plus negara pemasok obat anti dampak merokok,
termasuk obat buat perokok pasif.
Bayangkan, ikan dan
makhluk laut Indonesia secara suka rela bedol laut mencari suaka di negara
tetangga. Mencari penghidupan baru, karena rumput tetangga tampak lebih ranum,
hijau dan menggairahkan selera. Sehingga negara lain tak perlu kirim kapal
pemburu ikan ke Indonesia.
Bayangkan, berapa dan
betapa sedikit TKW yang diekspor Indonesia ke manca negara, sebagai pahlawan
devisa. Menguber derita di negeri orang, sementara penderitaan dalam negeri tak
terpetakan. Mengharumkan nama Indonesia di negeri orang, jangan-jangan mereka cuma
pulang nama.
Bayangkan, produk
sawit Indonesia menggugah investor dan menantang konspirasi dagang dunia untuk
memborong atau sistem ijon. Modus operandi mereka sangat sederhana dan meyakinkan.
Kalau tak mau dikendalikan dengan dolar, bakar di tempat. Kalau tak mempan dilarang, jadikan arang. Kalau tak manjur diusap-usap, disuap-suap, jadikan asap. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar