Halaman

Sabtu, 31 Oktober 2015

kabut asap, dipermalukan di negeri sendiri

kabut asap, dipermalukan di negeri sendiri

Bayangkan di nalar kita, andai ratusan juta manusia Indonesia merokok bareng, pada waktu yang bersamaan. Di bawah aba-aba JK (jaminan kematian). Asap yang dikepulkan masih kalah banyak dengan kabut asap bakar hutan. Yang girang Cuma negeri pengimpor tembakau, rokok ke Indonesia. Plus negara pemasok obat anti dampak merokok, termasuk obat buat perokok pasif.

Bayangkan, ikan dan makhluk laut Indonesia secara suka rela bedol laut mencari suaka di negara tetangga. Mencari penghidupan baru, karena rumput tetangga tampak lebih ranum, hijau dan menggairahkan selera. Sehingga negara lain tak perlu kirim kapal pemburu ikan ke Indonesia.

Bayangkan, berapa dan betapa sedikit TKW yang diekspor Indonesia ke manca negara, sebagai pahlawan devisa. Menguber derita di negeri orang, sementara penderitaan dalam negeri tak terpetakan. Mengharumkan nama Indonesia di negeri orang, jangan-jangan mereka cuma pulang nama.

Bayangkan, produk sawit Indonesia menggugah investor dan menantang konspirasi dagang dunia untuk memborong atau sistem ijon. Modus operandi mereka sangat sederhana dan meyakinkan. Kalau tak mau dikendalikan dengan dolar, bakar di tempat. Kalau tak mempan dilarang, jadikan arang. Kalau tak manjur diusap-usap, disuap-suap, jadikan asap. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar