Halaman

Minggu, 11 Oktober 2015

mental ayam sayur pe-revolusi mental Nusantara

mental ayam sayur pe-revolusi mental Nusantara

Seorang ibu naik montor, bawa box di boncengan, blusukan di jalan kompleks perumahan sambil teriak lantang: “sayuuur matang!”. Suara teriakannya mendahului deru motornya. Iseng dihitung, di pagi hari bisa liwat depan rumah 2-3 kali, khususnya jika pelanggan tetap belum memanggil. Ironisnya, kalau sengaja dituggu, malah tidak liwat. Ingin memanggil dari dalam rumah, harus teriak kencang.

Lain cerita, abang tukang sayur pakai gerobak dorong, becak gerobak, gerobak ditarik motor bulikan, atau dipikul, jika menjajakan dagangan cuma teriak berirama : “saayuuur”. Tidak ada yang teriak : “sayur mentah!”.

Tidak ada penjelasan resmi dari MUI, apa yang dimaksud dengan sayur matang, bagaimana kadar halalnya. Pedoman memilah/memilih sayur mentah yang sehat dan menyehatkan, verso BPOM, belum dirilis. Walai banyak artikel sudah memberi warning bahaya petisida, kloning makanan, dsb.

Bahasa Jawa membahasankan sayur matang denga isitilah “jangan”, “janganan”.

Entah dari mana asal usul istilah “ayam sayur”. Karena menggunakan kata “ayam”, tentu tak ada hubungannya dengan”ayam kampus”. Kalau “jago kandang” dikenal di sepak bola, mungkin dikaitkan dengan kualifikasi tarkam (antar kampung).

Kalau barisan pe-revolusi mental Nusantara, dengan komandan lapangan tertinggi Jokowi-JK. Apakah mentalnya sesuai skenario revolusi mental. Atau malah sebatas mental ayam sayur. Mengikuti kaidah 4 sehat 5 sempurna. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar