mental ayam sayur pe-revolusi
mental Nusantara
Seorang ibu naik
montor, bawa box di boncengan, blusukan di jalan kompleks perumahan sambil
teriak lantang: “sayuuur matang!”. Suara teriakannya mendahului deru motornya. Iseng
dihitung, di pagi hari bisa liwat depan rumah 2-3 kali, khususnya jika
pelanggan tetap belum memanggil. Ironisnya, kalau sengaja dituggu, malah tidak
liwat. Ingin memanggil dari dalam rumah, harus teriak kencang.
Lain cerita, abang
tukang sayur pakai gerobak dorong, becak gerobak, gerobak ditarik motor
bulikan, atau dipikul, jika menjajakan dagangan cuma teriak berirama : “saayuuur”.
Tidak ada yang teriak : “sayur mentah!”.
Tidak ada penjelasan
resmi dari MUI, apa yang dimaksud dengan sayur matang, bagaimana kadar
halalnya. Pedoman memilah/memilih sayur mentah yang sehat dan menyehatkan,
verso BPOM, belum dirilis. Walai banyak artikel sudah memberi warning bahaya
petisida, kloning makanan, dsb.
Bahasa Jawa
membahasankan sayur matang denga isitilah “jangan”, “janganan”.
Entah dari mana asal
usul istilah “ayam sayur”. Karena menggunakan kata “ayam”, tentu tak ada
hubungannya dengan”ayam kampus”. Kalau “jago kandang” dikenal di sepak bola,
mungkin dikaitkan dengan kualifikasi tarkam (antar kampung).
Kalau barisan
pe-revolusi mental Nusantara, dengan komandan lapangan tertinggi Jokowi-JK.
Apakah mentalnya sesuai skenario revolusi mental. Atau malah sebatas mental ayam
sayur. Mengikuti kaidah 4 sehat 5 sempurna. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar