ketahanan mental pe-revolusi mental Nusantara, saved
by the bell vs tunggu jatuh tempo
Strategi
pelari estafet dengan menempatkan yang bisa lari cepat (sprinter)
sebagai pelari terakhir menuju finish. Keberhasilan latihan dan pembinaan tim
balap sepeda, bukan sekedar pada yang tercepat, tetapi juga dipertimbangkan
siapa yang terlambat, terbelakang atau bahkan tidak bisa capai garis finish.
Kalah memang
dalam pertandingan bukan tujuan petenis. Mereka tetap berlatih, dengan pelatih
pribadi, dukungan dokter dan psikolog pribadi, walau turnamen bergengsi masih
jauh. Sebagai petenis profesional, jatuh bangun di lapangan tidak menjadikan
cengeng. Peringkat dunia tidak menjadikan jumawa, walau jawara, kampiun dan
master.
Dua contoh
di dunia olah raga atau sport, yang melahirkan istilah sportivitas,
jangan dibandingkan dengan kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK.
Kawanan
parpolis Nusantara, atau sebutan lainnya, jika bisa jadi wakil rakyat di
tingkat kabupaten/kota saja sudah merupakan puncak prestasi, top karir, tuntas
pengabdian. Bagi yang punya nilai jual, bisa masuk ke periode kedua. Bagi yang
merasa punya nilai jual lebih, lebih melirik jabatan kepala daerah. Begitu masa
jabatan selesai, ada yang langsung masuk kotak atau masuk hotel gratis. Belum
jatuh tempo, terjerat pasal berlapis.
Indonesia sebagai
penyandang status negara multipartai, multibencana multikrisis, pemerintah diuntungkan
oleh berbagai kejadian dan peristiwa, bak save by the bell. Alat ampuh mengalihkan
perhatian rakyat terhadap perjalanan bangsa dan negara.
Efek domino
dampak dari ajang pembuktian bahwa parpol pemenang pesta
demokrasi 2014, ternyata tidak siap menang. Dua periode 2004-2009 dan 2009-2014
hanya duduk manis di bangku cadangan. Berkoar denga isak tangis membanggakan
prestasi nenek moyangnya. Bukannya mawas diri dan meningkatkan ilmu. Bukannya
membuka mata hati melihat kenyataan, malah menggantang asap. Hanya merasa
negara sebagai warisan. Olah pokal bandar politik dilengkapi dengan sepak
terjang relawan, tim sukses, bolo dupak maupun penggembira berbasis
politik transaksional, berbasis ideologi Rp, mejadikan kegaduhan secara
sistematis, masif dan berkelanjutan. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar