Halaman

Minggu, 04 Oktober 2015

ketahanan mental pe-revolusi mental Nusantara, saved by the bell vs tunggu jatuh tempo

ketahanan mental pe-revolusi mental Nusantara, saved by the bell vs tunggu jatuh tempo

Strategi pelari estafet dengan menempatkan yang bisa lari cepat (sprinter) sebagai pelari terakhir menuju finish. Keberhasilan latihan dan pembinaan tim balap sepeda, bukan sekedar pada yang tercepat, tetapi juga dipertimbangkan siapa yang terlambat, terbelakang atau bahkan tidak bisa capai garis finish.

Kalah memang dalam pertandingan bukan tujuan petenis. Mereka tetap berlatih, dengan pelatih pribadi, dukungan dokter dan psikolog pribadi, walau turnamen bergengsi masih jauh. Sebagai petenis profesional, jatuh bangun di lapangan tidak menjadikan cengeng. Peringkat dunia tidak menjadikan jumawa, walau jawara, kampiun dan master.

Dua contoh di dunia olah raga atau sport, yang melahirkan istilah sportivitas, jangan dibandingkan dengan kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Kawanan parpolis Nusantara, atau sebutan lainnya, jika bisa jadi wakil rakyat di tingkat kabupaten/kota saja sudah merupakan puncak prestasi, top karir, tuntas pengabdian. Bagi yang punya nilai jual, bisa masuk ke periode kedua. Bagi yang merasa punya nilai jual lebih, lebih melirik jabatan kepala daerah. Begitu masa jabatan selesai, ada yang langsung masuk kotak atau masuk hotel gratis. Belum jatuh tempo, terjerat pasal berlapis.

Indonesia sebagai penyandang status negara multipartai, multibencana multikrisis, pemerintah diuntungkan oleh berbagai kejadian dan peristiwa, bak save by the bell. Alat ampuh mengalihkan perhatian rakyat terhadap perjalanan bangsa dan negara.

Efek domino dampak dari ajang pembuktian bahwa parpol pemenang pesta demokrasi 2014, ternyata tidak siap menang. Dua periode 2004-2009 dan 2009-2014 hanya duduk manis di bangku cadangan. Berkoar denga isak tangis membanggakan prestasi nenek moyangnya. Bukannya mawas diri dan meningkatkan ilmu. Bukannya membuka mata hati melihat kenyataan, malah menggantang asap. Hanya merasa negara sebagai warisan. Olah pokal bandar politik dilengkapi dengan sepak terjang relawan, tim sukses, bolo dupak maupun penggembira berbasis politik transaksional, berbasis ideologi Rp, mejadikan kegaduhan secara sistematis, masif dan berkelanjutan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar