berasap dalam kubur
Bukan judul sinetron.
Bukan lelucon politik. Bukan judul lagu ndangdut orgen tunggal. Bukan tema adu
nyali malam ini. Bukan pula ‘astar’ (asal komentar) ala JK, jika kehabisan akal
untuk mencari kambing hitam suatu kejadian perkara.
Bencana kabut asap
akibat bakar hutan atau hutan bakar, sudah bukan berita lagi. Korban jiwa
sepertinya hanya sebagai pengisi berita. Bencana sebagai dampak dari perbuatan
manusia yang sudah melebihi takaran dan tatanan berbangsa dan bernegara.
Ke tim sukses,
relawan, penyandang dana, bolo dupak, juru kampanye saja Jokowi-JK belum bisa
memuaskan hati mereka, apalagi ke rakyat yang nun jauh dari istana. Walau dapat
jatah diblusuki Jokowi, apa artinya jika dibanding dengan waktu lima tahun.
Dibanding negara lain
yang seolah tak putus dirundung konflik,
ada campur tangan negara adidaya berbuntut uji coba teknologi pemusnah massal,
ada rekayasa membuat pemerintah boneka melalui pilpres, ada modus operandi
mendirikan pemerintah tandingan sampai secuwil negara memerdekakan diri, kita
wajib bersyukur.
Rasa nasionalisme,
rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, tak ada habisnya diuji siang malam. Yang
bikin setan bingung, banyak oknum anak bangsa yang seharusnya masuk kotak,
karena sudah beda era, beda zaman, beda lakon, namun dengan gagah dan pongahnya
bertolak pinggang tampil asal tampil. Seolah mereka tak rela dilupakan oleh
sejarah. Mereka merasa masih mampu, layak dan patut diperhitungkan sejarah
secara formal.
Memang, kejarlah ilmu
sampai liang kubur. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar