Halaman

Sabtu, 31 Oktober 2015

berasap dalam kubur

berasap dalam kubur

Bukan judul sinetron. Bukan lelucon politik. Bukan judul lagu ndangdut orgen tunggal. Bukan tema adu nyali malam ini. Bukan pula ‘astar’ (asal komentar) ala JK, jika kehabisan akal untuk mencari kambing hitam suatu kejadian perkara.

Bencana kabut asap akibat bakar hutan atau hutan bakar, sudah bukan berita lagi. Korban jiwa sepertinya hanya sebagai pengisi berita. Bencana sebagai dampak dari perbuatan manusia yang sudah melebihi takaran dan tatanan berbangsa dan bernegara.

Ke tim sukses, relawan, penyandang dana, bolo dupak, juru kampanye saja Jokowi-JK belum bisa memuaskan hati mereka, apalagi ke rakyat yang nun jauh dari istana. Walau dapat jatah diblusuki Jokowi, apa artinya jika dibanding dengan waktu lima tahun.

Dibanding negara lain yang seolah tak putus dirundung  konflik, ada campur tangan negara adidaya berbuntut uji coba teknologi pemusnah massal, ada rekayasa membuat pemerintah boneka melalui pilpres, ada modus operandi mendirikan pemerintah tandingan sampai secuwil negara memerdekakan diri, kita wajib bersyukur.

Rasa nasionalisme, rasa bangga sebagai bangsa Indonesia, tak ada habisnya diuji siang malam. Yang bikin setan bingung, banyak oknum anak bangsa yang seharusnya masuk kotak, karena sudah beda era, beda zaman, beda lakon, namun dengan gagah dan pongahnya bertolak pinggang tampil asal tampil. Seolah mereka tak rela dilupakan oleh sejarah. Mereka merasa masih mampu, layak dan patut diperhitungkan sejarah secara formal.

Memang, kejarlah ilmu sampai liang kubur. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar