intelektual-sosial anak bangsa pribumi primitif nusantara
Gabungan anak liar alias gali. Marak merebak di zaman rezim politik-militer daripada Orde Baru di Yoyakarta. Lanjut dengan budaya, aksi klitih singkatan dari keliling golèk getih. Modus konvoi keliling mencari darah. Ingat kasus Cebongan. Pelaku klitih, tidak penting dinarasikan. Reaksi, refleksi kondisi jagad cilik.
Betapa media masa arus pendek menjadi ajang pencari bakat “pe-tumpah darah“.
Kreasi olok-olok politik kian aktif, energik, bebas aktf tanpa tatap muka. Punya payung hukum, turunan dari gaya bebas permulutan penguasa. Gaya mati gaya “literasi anarkis dikuasai dan atau dipelihara oleh negara”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar