Halaman

Selasa, 26 April 2022

betapa susahnya menjadi orang susah

 betapa susahnya menjadi orang susah

 Status, profesi, karakter ‘orang susah’ nyaris menjadi tetenger setiap etnis, kaum senusantara.  Beririsan dengan asumsi panjang umur, peluang benar-benar hidup maupun kontrak numpang hidup  di dunia. Beda pasal ganjil-genap. Justru bukti sederhana ikatan persatuan, kesatuan senasib. 

Soal ada yang sejak dari sono-nya hingga sampai pada orang susah baru, orang susah dadakan  atau hanya ada satu aspek utama, yaitu “susah hidup”. Bukan jaminan integritas mutu jika orang kaya  betulan jauh dari rasa orang susah. Kecuali mampu alih fungsi.

Masih belum percaya dengan kondisi terkini. Lebih daripada itu sangsi atau belum terbuka hati  dengan-Nya yang akan menghapus kesalahan serta memperbaiki keadaan dirinya.

Mengandalkan nama luhur leluhur – ingat warisan nama baik dan ilmu – diperkuat kedirian, kemandirian atau dimensi keakuan. Jangan mengandalkan apa kata wong-pintar, rumusan weton, rajah, retak tangan atau apa arti nama diri.

Jika di babak pendaftaran sudah merasakan prihatin. Berlanjut di babak seleksi administrasi. Pola pilah pilih berdasarkan test wawasan kemanusiaan, “nasib diri” sudah terbaca. Jika di babak semi final atau sepertiga tengah umur. Grafik kehidupan tampak adem-ayem. Maka untuk di sisa umur, anda terbiasa prihatin. Fokus lurus ke etape abadi, bebas batas tempat dan ukuran waktu.

Di sana, bukan tempat orang susah lagi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar