Halaman

Selasa, 15 Desember 2015

tiga fokus utama skenario kawanan parpolis Nusantara

tiga fokus utama skenario kawanan parpolis Nusantara

Secara tak sengaja, dari hasil survei tanpa survei terhadap kiprah, kontribusi dan kinerja kawanan parpolis Nusantara di era 2014-2019, khususnya pasca Pilkada Serentak rabu, 9 Desember 2015, bisa diambil simpul dan saran sederhana, masuk akal, dapat diterima tanpa sanggahan.

Gambaran nyata yang berhasil dikuak, disingkap jika diformulasikan berdasar jiwa semangat Trisakti dan Nawa Cita, disarikan menjadi 3 (tiga) fokus utama.

Pertama, peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan pejabat partai/anggota
Niat, itikad, motivasi pengusaha pribumi mendirikan partai politik masih dalam jebakan nuansa konvensional. Hanya memikirkan agar tata niaganya aman, lancar dan terkendali. Berani berkorban untuk hasil yang lebih besar.

Beda dengan pelaku ekonomi non-pribumi, tidak harus punya parpol, tidak harus menjadi wakil rakyat, tidak harus masuk TNI/Polri. Mereka bisa mengamankan jalur bisnisnya dengan daya belinya. Mulai menego dan menawar pasal produk legislasi, pendekatan komersial, bersubsidi ke aparat keamanan dan pertahanan, merangkul penyelenggara negara sampai penguasa daerah. Bahkan menjadi raja-raja kecil yang mampu mengendalikan kepala daerah.

Agar tidak terjadi ketimpangan sosial yang memicu dan memacu konflik horizontal, jangan heran daya juang (kawanan) parpolis, khususnya yang telah menjadi perusahaan keluarga, politik dinasti/dinasti politik, jebolan zaman Orde Lama hingga Orde Baru lebih mengutamakan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan pejabat partai/anggotanya. Baru memikirkan nasib orang lain.

Kedua, peningkatan kapasitas daya tampung partai
Kawanan parpolis terheran menyimak binatang dinosaurus atau sejenisnya. Kepala boleh kecil, yang penting perut besar. Ukuran perut menandakan kapasitas daya tampung. Akal, nalar, logika politik cukup dalam volume dan format mirip otak dinosaurus. Biar dibilang bergerak lambat, santai, dan bergaya anggun, yang penting sabetannya, kata ki dalang.

Agar lebih berdaya guna, berhasil guna, dilengkapi dengan spesifikasi - tanpa menyebut merk dan produk pabrikan - daya keruk, daya keduk, daya sedot, daya hisap, daya congkel dan daya cangkul yang tiap periode bisa ditingkatkan. Atau tiap tahun bisa diadakan penyesuaian kapasitas.

Ketiga, peningkatan kualitas pelayanan ke kader dan elit partai
Kebijakan partai, terlebih sabda ketua umum, menjadi lagu wajib, buku suci, pakem yang harus dilaksanakan secara total, loyal dan frontal. Tanpa harus berfikir apalagi melakukan analisa maupun otak-atik akal.

Hasilnya, diinternal partai, praktik sikut-sikutan, dengkul-dengkulan, cakar-cakaran, salip-salipan,  jilat menjliat menjadi pasal lumrah, lazim dan bermoral. Asal jangan menimbulkan korban, atau minimal jangan sampai terendus awak media. Jika ada pihak yan merasa dikucilkan, disingkirkan, dijadikan pemain cadangan, dipetieskan, anggap sebagai dinamika politik. Apalagi dengan berlakunya Revolusi Mental, siapa tak kuat, kuasa, kaya akan tersingkir dan tersungkur secara alami.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar