Halaman

Jumat, 18 Desember 2015

ironis, keunggulan daya saing Indonesia menjadi bumerang di MEA

ironis, keunggulan daya saing Indonesia menjadi bumerang di MEA

Jangankan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang legal, formal dan merupakan kesepakatan semua negara ASEAN. Mengelola yang ilegal, non konstitusional, disintegrasi, rakyat Indonesia sudah tangguh, tahan banting dan siap segala cuaca. Menghadapi serbuan tenaga kerja asing, pajak orang kaya eksodus dan parkir di Singapura sehingga perlu pengampunan pajak, sampai perampokan kekayaan alam di depan mata, di siang bolong, dilakukan secara menerus, sistematif dan masif seperti megakasus Freeport, pemerintah nampak adem ayem.

Indonesia santai menghadapi bonus demografi. Indonesia unggul dalam pertumbuhan angkatan kerja, menduduki peringkat kelima dari 61 negara yang disurvei sesuai  penelitian berjudul “IMD (Institute of Management Development) World Talent Report 2015”.

Indonesia bangga dengan sebutan paling dominan menyumbang angka penurunan peringkat tenaga terampil Indonesia di tahun 2015. Pada tahun 2014, Indonesia masih menduduki peringkat ke-19 untuk faktor ini. Di tahun 2015, peringkat kesiapan tenaga kerja Indonesia terjerembab ke peringkat 42.

Jika disimpulkan faktor kesiapan tenaga kerja Indonesia (tenaga berbakat dan terampil) dirasa masih kurang bersaing dari negara lain di tahun 2015, jangan was-was.  Indonesia menghadapi MEA siap menjadi tuan rumah serbuan tenaga kerja asing.

Bahkan alumni PTN yang diharapkan berbakti di sektor konstruksi infrastruktur, lebih pilih berjibaku di bank, tambang, perusahaan multi nasional. Pemerintah lebih menghargai alumni yang bangga memakai jaket parpol. Asal jangan terulang modus Orba yaitu anak bangsa yang kritis, vokal disekolahkan di luar negeri agar menjadi anak mama, anak yang manis, penurut dan disayang.[HaeN]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar