Halaman

Senin, 14 Desember 2015

moral pe-Revolusi Mental megakasus "papa minta saham", percaya diri vs percaya hukum

moral pe-Revolusi Mental megakasus "papa minta saham", percaya diri percaya vs hukum

Jika pemerintah melakukan tindakan atau mengeluarkan kebijakan yang berdampak negatif, khususnya dari segi ekonomi, serta merta tanpa komando dan kendali, pihak legislatif dipastikan pasti akan menyerang habis-habisan. Reaksi, aksi tindak turun tangan oknum para wakil rakyat melebihi rakyat yang “main hakim sendiri”. Oknum wakil rakyat merasa suci, bersih hati, niat ikhlas menegakkan keadilan dan kebenaran. Kalau perlu sebagai pelaku aktor intelektual penggerak para unjuk rasa dan unjuk raga. Kalau perlu mengajukan mosi tidak percaya, atau menggunakan hak sebagai wakil rakyat diluar nalar.

Tidak ada salahnya, jika meneropong, memandang dan mendeteksi daya juang wakil rakyat jangan dengan kaca mata moral, jangan dengan skala moral, jangan dengan pertimbangan moral. Wakil rakyat sudah mengantongi pakem, sudah punya buku suci, sudah hafal aturan main. Secara loyal, total, terintegrasi  wajib menjalankan kebijakan partai tanpa perlu berfikir Apalagi mendebat sabda ketua umum.

Budi pekerti yang dipakai wakil rakyat pelaku kasus “papa minta saham” diyakini karena ybs memang harus percaya diri. Sebagai orang suruhan, kurir partai sekaligus sebagai wakil rakyat, jika berulah diluar nalar, merasa hukum tak akan berani menjangkaunya.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar