menggantang asap atau
asa (laman) revolusi mental
Entah gagasan mulia
siapa, tentu bukan yang mulia, yang memulai tanpa pencanangan, tanpa konsep
politik berbahasa Dewa, tahu-tahu program Keluarga Pra Sejahtera terwujud
nyata, merata secara nasional.
Di pihak lain,
pemerintah fokus membangun sejuta rumah antara lain diperuntukkan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
Indonesia kaya dengan
istilah, nomenklatur, frasa dan pandanan lainnya. Mulai ‘rakyat jelata’, ‘warga
negara klas 2’, ‘penduduk musiman’, ‘penduduk pendatang’, ‘orang udik’, ‘manusia
bebas’. Bahkan sepertinya ada strata dan status sosial atau profesi : kampungan,
papan bawah, kolong jembatan, pinggir kali/rel kereta api, anak jalanan, kuli
panggul, buruh pacul, tukang batu, pemulung.
Kontradiksi dari yang
disebut di atas, penulis yakin masih banyak yang belum disebut, ada sebutan :
elit partai, elit politik. Mengacu GINI Ratio Indonesia, nasib bangsa dan
negara setiap lima tahun di tentukan oleh kebijakan para elit partai/parpol.
Di sisa era megatega,
kawanan parpolis yang sedang nangkring dan nongkrong sebagai penyelenggara
negara, wajib cuci mental dengan Revolusi Mental. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar