keluh tanggap sopir angkot terhadap go-jek
Bukan niat hati untuk survei. Beberapa kali
naik angkot beda jurusan, saya lebih pilih duduk di depan di samping pak kusir
yang sibuk bekerja. Suatu kali, ada sopir yang menggerutu dengan logat/dialek
etnis pribuminya : “disalip go-jek, ketemu go-jek lagi”.
Dari sekian keluhan sopir atau sengaja saya
ajak bincang sambil duduk bersama, mereka tidak menyalahkan go-jek. Mereka
faham karena sama-sama cari makan. Bahkan ada sopir angkot alih profesi menjadi
sopir go-jek. Yang mereka keluhkan tentang izin maupun pengorganisasiannya.
Bahkan ada yang berguman, “coba,
kalau tak ada upeti, setoran ke pemerintah, go-jek bisa bubar. coba saja lihat nanti!”
Pengalaman sopir angkot, khususnya pemilik
mobil, bahwa pemasukan dianggap 4 minggu per bulan. Sisanya untuk urusan
administrasi jalanan. Setoran ke koperasi, jasa untuk pak Ogah pengatur lalu
lintas sampai oknum yang ogah-ogah menerima tapi tetap mau menerima. Ngetempun,
tidak gratis.
“Penumpang berkurang 40% pak”, jawab sopir
angkot di jalur yang tidak bisa dimasuki bis. Anak sekolah, pegawai, berangkat
pagi naik go-jek. Bahkan pulang bisa diantar sampai rumah, sekali lagi, naik
go-jek. Bahkan calon penumpang di pinggir jalan sambil pegang HP, artinya
tunggu jemputan go-jek.
Taksi bandara Soetta, tetap adem ayem dengan
keberadaan dan kemanfaatan go-jek. Yang lain, ada yang merasakan penurunan
omzet.
Ironisnya, ada beberapa perumahan yang
memasang spanduk “go-jek kosong dilarang masuk !!!”. Artinya, para tukang ojek
tidak mau bersaing. Tidak mau rezekinya direbuat orang lain, di depan mata.
Tukang ojek tidak mau meningkatkan kualitas layanan, apalagi meningkatkan
penampilan dan kinerja motornya.
Jadi, kalau ada kebijakan pemerintah yang
melarang profesi dan jasa angkutan model go-jek, jangan diartikan “doa” coba+coba sopir
angkot di atas, manjur dan terbukti. Jangan pula ditafsirkan bahwa pemerintah
tidak pro-warga miskin, yang tanpa bantuan pemerintah berupaya, berusaha,
berikhtiar menjemput rezeki dari-Nya. Jangan pula dipolitisir kalau Jokowi seolah
‘memihak’ go-jek sebagai tindak pencitraan. [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar