Halaman

Sabtu, 19 Desember 2015

keluh tanggap sopir angkot terhadap go-jek

keluh tanggap sopir angkot terhadap go-jek

Bukan niat hati untuk survei. Beberapa kali naik angkot beda jurusan, saya lebih pilih duduk di depan di samping pak kusir yang sibuk bekerja. Suatu kali, ada sopir yang menggerutu dengan logat/dialek etnis pribuminya : “disalip go-jek, ketemu go-jek lagi”.

Dari sekian keluhan sopir atau sengaja saya ajak bincang sambil duduk bersama, mereka tidak menyalahkan go-jek. Mereka faham karena sama-sama cari makan. Bahkan ada sopir angkot alih profesi menjadi sopir go-jek. Yang mereka keluhkan tentang izin maupun pengorganisasiannya. Bahkan ada yang berguman, “coba, kalau tak ada upeti, setoran ke pemerintah, go-jek bisa bubar. coba saja lihat nanti!”

Pengalaman sopir angkot, khususnya pemilik mobil, bahwa pemasukan dianggap 4 minggu per bulan. Sisanya untuk urusan administrasi jalanan. Setoran ke koperasi, jasa untuk pak Ogah pengatur lalu lintas sampai oknum yang ogah-ogah menerima tapi tetap mau menerima. Ngetempun, tidak gratis.

“Penumpang berkurang 40% pak”, jawab sopir angkot di jalur yang tidak bisa dimasuki bis. Anak sekolah, pegawai, berangkat pagi naik go-jek. Bahkan pulang bisa diantar sampai rumah, sekali lagi, naik go-jek. Bahkan calon penumpang di pinggir jalan sambil pegang HP, artinya tunggu jemputan go-jek.

Taksi bandara Soetta, tetap adem ayem dengan keberadaan dan kemanfaatan go-jek. Yang lain, ada yang merasakan penurunan omzet.

Ironisnya, ada beberapa perumahan yang memasang spanduk “go-jek kosong dilarang masuk !!!”. Artinya, para tukang ojek tidak mau bersaing. Tidak mau rezekinya direbuat orang lain, di depan mata. Tukang ojek tidak mau meningkatkan kualitas layanan, apalagi meningkatkan penampilan dan kinerja motornya.

Jadi, kalau ada kebijakan pemerintah yang melarang profesi dan jasa angkutan model go-jek, jangan diartikan “doa” coba+coba sopir angkot di atas, manjur dan terbukti. Jangan pula ditafsirkan bahwa pemerintah tidak pro-warga miskin, yang tanpa bantuan pemerintah berupaya, berusaha, berikhtiar menjemput rezeki dari-Nya. Jangan pula dipolitisir kalau Jokowi seolah ‘memihak’ go-jek sebagai tindak pencitraan. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar