periuk kecil cepat mendidih vs parpol besar cepat
berdalih
Kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat Nusantara menjadi ajang pertikaian partai politik yang praktek
sebagai penyelenggara negara. Menjadi ajang uji coba politik transaksional
Jokowi vs JK (yang tidak masuk kategori dwi-tunggal, bukan pula dibilang matahari
kembar atau sesuai “sing
waras ngalah”). Perut rakyat dianggap tabung reaksi, yang dijejali
pangan klas impor. Otak rakyat dikerdilkan dengan permainan monopoli dan
manipulasi politik.
Berbagai atraksi, adegan, acara
di panggung, industri, syahwat politik lokal sampai nasional, malah membuahkan
gonjang-ganjing politik tak putus dirundung malang; gegap-gempita,
gundah-gulana peta politik sebagai dampak dan bukti nyata bandar politik utawa
parpol pemenang pesta demokrasi 2014 tidak siap menang. Dosa bawaan maupun dosa
turunan bandar politik di periode 1999-2004 sangat menentukan perjalanan bangsa
dan negara. terlebih jika merasa bahwa bangsa dan negara adalah warisan dari
bapak moyangnya.
Mulai perombakan Kabinet Kerja, sekjen Nasdem
berurusan dengan KPK, ulah pimpinan DPR yang semangkin menjurus periode
2014-2019 keropos dari dalam, tetapi juga mrotoli dan mreteli sedikit demi sedikit. Jokowi faham betul
akan makna peribahasa “becik ketitik, olo ketoro”. Berlaku di kawanan
parpolis KIH maupun kawanan parpolis KMP, yaitu yang jahat akan terlihat di
awal cerita, di babak pertama sampai yang jahat akan terungkap di akhir cerita,
di babak penutup atau bahkan setelah ganti periode. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar