Hukum
ekonomi primitif berlaku yaitu ketika permintaan dan kebutuhan akan barang/jasa
membengkak, otomatis harga/tarif melonjak. Mekanisme pasar tentang penetapan
harga sembako atau bahan pokok maupun tarif angkutan umum, khususnya saat beban
puncak, tidak bisa diintervensi
pemerintah. Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota sebatas menjaga agar
pasokan barang lancar, khususnya pemeliharaan infrastruktur dan transportasi.
Tarif angkutan secara sepihak disesuaikan oleh pengusaha angkutan, tanpa
diimbangi fasilitas dan pelayanan yang prima.
Umat
Islam berpuasa di bulan Ramadhan, dari yang baru mulai belajar puasa sampai
yang sudah puluhan tahun berpengalaman puasa tetap menggunakan tata cara
tradisional, yaitu perubahan jam makan dan pola makan serta penambahan asupan
gizi. Makan sahur dengan pertimbangan akan menempuh perjalanan waktu sampai
maghrib, perut dipadati makanan/minuman, agar tidak kehabisan bahan bakar di
tengah hari. Buka puasa dengan membuka mulut untuk masuknya santapan beraneka
ragam dan aneka rasa.
Intervensi
pemerintah, pengusaha terhadap yang puasa dengan memangkas jam kerja. Ironis,
yang wajib puasa bukannya memanfaatkan waktu untuk ibadah atau kegiatan amaliah.
Sepuluh hari pertama Ramadhan, masjid penuh sesak jamaah untuk sholat tarawih
dan ibadah lainnya, masjid terasa sempit. Setelah mengalami seleksi alami,
sepuluh hari kedua jamaah mulai berkurang, masjid terasa pas. Sepuluh hari
terakhir, masjid terasa luas, lapang dan lega. Jamaah pindah ke pusat belanja,
berburu berkah Ramadhan. Atau siap-siap mudik ke kampung halaman, silaturahmi
dengan orang tua, melakukan kunjungan kekerabatan antar keluarga. Acara,
atraksi dan adegan di media penyiaran televisi pandai-pandai menyesuaikan diri,
biar tampak seolah-olah relijius. Mencampurbaurkan lawak, banyolan dan komedian
serta lagu goyang dalam satu paket hiburan.
Walhasil,
kebutuhan bahan pokok selama Ramadhan membengkak, jatah bulan depan tersedot.
Merayakan 1 Syawal tidak afdol jika tidak dengan busana serba baru, perangkat
sholat yang anyar. Kebutuhan anggaran rumah tangga menjadi kedodoran [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar