Halaman

Selasa, 17 Juni 2014

Utamakan Ibadah Jangan Manjakan Perut

Hukum ekonomi primitif berlaku yaitu ketika permintaan dan kebutuhan akan barang/jasa membengkak, otomatis harga/tarif melonjak. Mekanisme pasar tentang penetapan harga sembako atau bahan pokok maupun tarif angkutan umum, khususnya saat beban puncak,  tidak bisa diintervensi pemerintah. Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota sebatas menjaga agar pasokan barang lancar, khususnya pemeliharaan infrastruktur dan transportasi. Tarif angkutan secara sepihak disesuaikan oleh pengusaha angkutan, tanpa diimbangi fasilitas dan pelayanan yang prima.

Umat Islam berpuasa di bulan Ramadhan, dari yang baru mulai belajar puasa sampai yang sudah puluhan tahun berpengalaman puasa tetap menggunakan tata cara tradisional, yaitu perubahan jam makan dan pola makan serta penambahan asupan gizi. Makan sahur dengan pertimbangan akan menempuh perjalanan waktu sampai maghrib, perut dipadati makanan/minuman, agar tidak kehabisan bahan bakar di tengah hari. Buka puasa dengan membuka mulut untuk masuknya santapan beraneka ragam dan aneka rasa.

Intervensi pemerintah, pengusaha terhadap yang puasa dengan memangkas jam kerja. Ironis, yang wajib puasa bukannya memanfaatkan waktu untuk ibadah atau kegiatan amaliah. Sepuluh hari pertama Ramadhan, masjid penuh sesak jamaah untuk sholat tarawih dan ibadah lainnya, masjid terasa sempit. Setelah mengalami seleksi alami, sepuluh hari kedua jamaah mulai berkurang, masjid terasa pas. Sepuluh hari terakhir, masjid terasa luas, lapang dan lega. Jamaah pindah ke pusat belanja, berburu berkah Ramadhan. Atau siap-siap mudik ke kampung halaman, silaturahmi dengan orang tua, melakukan kunjungan kekerabatan antar keluarga. Acara, atraksi dan adegan di media penyiaran televisi pandai-pandai menyesuaikan diri, biar tampak seolah-olah relijius. Mencampurbaurkan lawak, banyolan dan komedian serta lagu goyang dalam satu paket hiburan.


Walhasil, kebutuhan bahan pokok selama Ramadhan membengkak, jatah bulan depan tersedot. Merayakan 1 Syawal tidak afdol jika tidak dengan busana serba baru, perangkat sholat yang anyar. Kebutuhan anggaran rumah tangga menjadi kedodoran [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar