Halaman

Rabu, 25 Juni 2014

Pendidikan masa depan anak sejak dini

oleh : Rathi Nurwigha

Di jalanan, sering kita saksikan : anak sekolah mbonceng motor sampai 2-3 orang, anak sekolah bawa motor ke sekolah, anak sekolah menyetop angkutan bak terbuka dan numpang naik gratis, sampai anak jalanan menjadi pengemis, pengamen atau berbagai cara mencari uang – tidak ada yang peduli, tidak ada yang kebakaran jenggot.

Pengemis berjemur menggendong bayinya, ibu-ibu menjadi joki three-in-one di Jakarta sambil menggendong oroknya – pemandangan yang lumrah dan masuk akal.

Pemulung dengan gerobaknya yang berisi anak-anaknya, menyelusuri jalanan mencari barang bekas, dianggap hal yang wajar.

Lima tahun sekali, anak-anak diajak orang tuanya kampanye partai politik di lapangan atau konvoi di jalanan, demi sukses pemilu, menjadi pemberitaan.

Banyak pasangan suami isteri kerja, berani meninggalkan anaknya di rumah, terkadang ada yang jadi anak pembantu. Resiko hidup.

Penyanyi mengorbitkan dan mengkarbit anaknya jadi penyanyi. Siapa yang salah.


Keluarga ikut kampanye, anak ikut kampanye apa bedanya dengan anak ikut kerja, terkadang anak dibawa ibunya ke tempat kerja, atau anak ditinggal di rumah karena kedua orang tuanya kerja. Sejak dalam kandungan anak sudah dibawa ibunya kemana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar