Kamis,
27/12/2007 04:09
kabinet 100 menteri vs negara 100 parpol
Selain menghargai jasa dan pengorbanan para
pahlawannya, bangsa, negara dan pemerintah Indonesia juga secara sengaja akan
mengulang sejarahnya. Sebagai bangsa yang besar tentunya tak akan terperosok ke
lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Madiun Affair 1948 dan Tragedi G30S
1965 merupakan sisi lain bukti kita terperangkap pada jebakan yang sama untuk
kesekian kalinya, secara politis.
Mengulang sejarah dengan tujuan bukan untuk
membenarkan sejarah hitam atau menonjolkan peran seseorang. Mendaur ulang sejarah
dengan tujuan untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Reformasi sejarah untuk
mendeteksi siapa yang belum kebagian kemakmuran atau mendapat bagian yang adil
dan merata dari hasil peras keringat, banting tulang.
Sisi lain menyiratkan, siapa yang mempunyai andil
dalam perjuangan tetapi memang diam seribu bahasa, sejuta kata, tanpa nada dan
suara. Rame ing gawe, sepi ing pamrih. Bangsa ini memang pandai mengolah kata
dan bermain dengan kata-kata. Ti ji ti beh, artinya bati siji bati kabeh,
maksudnya untung satu untung semua. Yang sebenarnya adalah mukti siji mukti
kabeh, utawa mati siji mati kabeh sebagai semboyan Pangeran Alap-alap Samber
Nyawa. Secara politis, bangsa ini memang sarat, kenyang dan jenuh dengan
semboyan partai politik, kecuali semboyan 35 PT KAI.
Mulai yang merasa sebagai penyambung lidah wong cilik.
Ingat Bung Karno sebagai penyambung lidah rakyat, yang tersungkur oleh senyum
sang jenderal. Sampai pada yang merasa pabriknya para penyelenggara negara.
Jasa yang mereka takar, sudah layak untuk tampil di permukaan atau mendapat
imbalan yang layak sampai kalau perlu sampai pensiun. Negara harus balas jasa
dan balas budi atas perjuangan kawanan politisi utawa politikus lokal. Kalau
tidak, para oknum politisi utawa politikus kambuhan akan mengambil sendiri dari
kekayaan alam NKRI. Tidak ada kata kenyang dalam kamus perjuangan mereka,
bahkan sampai tetesan liur terakhir apapun bisa diembat, ditelan bulat-bulat,
minimal bisa dijilat (hn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar