Halaman

Minggu, 15 Juni 2014

kabinet 100 menteri vs negara 100 parpol

Kamis, 27/12/2007 04:09

kabinet 100 menteri vs negara 100 parpol
Selain menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawannya, bangsa, negara dan pemerintah Indonesia juga secara sengaja akan mengulang sejarahnya. Sebagai bangsa yang besar tentunya tak akan terperosok ke lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Madiun Affair 1948 dan Tragedi G30S 1965 merupakan sisi lain bukti kita terperangkap pada jebakan yang sama untuk kesekian kalinya, secara politis.

Mengulang sejarah dengan tujuan bukan untuk membenarkan sejarah hitam atau menonjolkan peran seseorang. Mendaur ulang sejarah dengan tujuan untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Reformasi sejarah untuk mendeteksi siapa yang belum kebagian kemakmuran atau mendapat bagian yang adil dan merata dari hasil peras keringat, banting tulang.

Sisi lain menyiratkan, siapa yang mempunyai andil dalam perjuangan tetapi memang diam seribu bahasa, sejuta kata, tanpa nada dan suara. Rame ing gawe, sepi ing pamrih. Bangsa ini memang pandai mengolah kata dan bermain dengan kata-kata. Ti ji ti beh, artinya bati siji bati kabeh, maksudnya untung satu untung semua. Yang sebenarnya adalah mukti siji mukti kabeh, utawa mati siji mati kabeh sebagai semboyan Pangeran Alap-alap Samber Nyawa. Secara politis, bangsa ini memang sarat, kenyang dan jenuh dengan semboyan partai politik, kecuali semboyan 35 PT KAI.

Mulai yang merasa sebagai penyambung lidah wong cilik. Ingat Bung Karno sebagai penyambung lidah rakyat, yang tersungkur oleh senyum sang jenderal. Sampai pada yang merasa pabriknya para penyelenggara negara. Jasa yang mereka takar, sudah layak untuk tampil di permukaan atau mendapat imbalan yang layak sampai kalau perlu sampai pensiun. Negara harus balas jasa dan balas budi atas perjuangan kawanan politisi utawa politikus lokal. Kalau tidak, para oknum politisi utawa politikus kambuhan akan mengambil sendiri dari kekayaan alam NKRI. Tidak ada kata kenyang dalam kamus perjuangan mereka, bahkan sampai tetesan liur terakhir apapun bisa diembat, ditelan bulat-bulat, minimal bisa dijilat (hn).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar