Halaman

Jumat, 13 Juni 2014

TERIMA KASIH MUHAMMADIYAH

Beberepa tempo jelang Pilpres 8 Juli 2009, saat minggu tenang versi KPU, di media massa TV swasta, ditayangkan langsung betapa oknum Ketum PP Muhammadiyah (Prof. Dr. DS) dengan girang bin bangga, disorot kamera dan bidik jepretan kuli tinta, betapa tidak di samping kanannya capres nomer urut 1 (mbak Mega) duduk dengan tertib bak anak sekolahan dan duduk di samping kirinya MJK minus Muhammad sebagai capres nomer urut 3 alias JK.  Oknum DS menjelaskan dengan lucunya bahwa dia bukan capres nomer urut 2.

Alasan oknum DS yang mengajak dan menghimbau warganya mendukung Mega dan JK sangat simple. Ibunya JK anggota NA, bapaknya JK pendiri Muhammadiyah Sulsel. Bung Karno, ayahnya Mega, anggota Muhammadiyah. Mega menimpali bahwa kakeknya juga anggota Muhammadiyah. Dengan bahasa jelas oknum DS mengatakan pilihan capres secara jujur, beradab dan berkualitas. Paling tidak dalam pemilihan ketua umum PP Muhammadiyah periode mendatang kriteria jujur, beradab dan berkualitas bisa diterapkan.

Kelucuan yang lain, DPT dipermasalahkan, bukan bagaimana seharusnya warga negara yang mempunyai hak pilihnya cek ke panitia, bukannya diam menunggu surat/kartu panggilan memilih.

Paling lucu, JK menjawab mengapa pertemuan tsb dilakukan di gedung pusat PP Muhammadiyah, karena secara geografis dekat dari rumah JK maupun dari rumah Mega. Klop. Bak semangat sesama bis kota dilarang saling mendahului. Seperti biasa Mega hanya diam bin bungkam.

Walhasil, berkat dukungan warga dan keluarga besar Muhammadiyah akhirnya Mega dan JK bisa memperoleh suara yang cukup signifikan dalam Pilpres 8 Juli 2009. Bayangkan kalau tak ada dukungan PP Muhammadiyah. Zaman akhir Orba atau era Bung Amien Rais, 28 juta anggota Muhammadiyah.
Sebagai balas jasa, pasangan Mega-Pro dengan yakin tak datang pada penetapan perolehan hasil Pilpres oleh KPU, Sabtu 25 Juli 2009. Mungkin Mega sedang siap merenungi Kuda Tuli, 13 tahunnya 27 Juli 1996 (hn).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar