Halaman

Senin, 09 Juni 2014

Serba Asing, Senjata Makan Tuan

Bangsa Indonesia yang menghamba ke produk dan orang asing bukannya tanpa sebab, bahkan ada riwayat sejarah yang sangat panjang. Ironis, secara politis acap didebat bahwa biaya pendidikan mahal, namun segelintir anak bangsa dengan rasa bangga dan merasa bermartabat jika memasukkan anaknya ke pendidikan bertaraf internasional di dalam negeri.

Jika orang Indonesia bekerja di manca negara akan mengalami seleksi administrasi dan persyaratan yang ketat. Sebaliknya, terjadi hal yang kontradiktif, bangsa bule yang di negerinya sebagai kuli pelabuhan atau tukang, datang di Indonesia dihormati. Sebagai turis, melalui jalur tenaga ahli, atau terkhusus mendirikan sekolah, semacam JIS.

Di jalanan, bangsa kita dengan sadar dijajah produk asing. Bahkan barang bekas sisa impor menjadi barang bergengsi. Limbah berbahaya pun dengan tenang parkir di tanah air. Pemikir dan pemakar alumni dari manca negara, merasa lebih pamor dan kesohor dibanding produk lokal. Minimal menguasai bahasa asing.


JIS memakan korban anak didik, melalui kekerasan seksual, pemerintah melalui aparat penegak hukum hanya mengulur waktu. Entah segan, sungkan atau ada titipan khusus dari negara adidaya atau pasal hukum mendadak mandul, rakyat hanya bisa berharap [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar