Pengalaman
Pileg dan Pilpres 2009 membuktikan mau tak mau, generasi muda harus siap
estafet kepemimpinan nasional di 2014. Stigma melalui jalur dan kendaraan
parpol orang baru bisa tampil harus dienyahkan. Terbukti kawanan parpolis bukan
jaminan mutu, posisi tawarnya fluktuatif.
Akibat
pernikahan antar suku, maka zaman sekarang orang sulit mengatakan suku
bangsanya. Pernikahan campuran antar suku Jawa dan non Jawa, pernikahan silang
antar NKRI bagian timur dengan NKRI bagian barat, pernikahan baur antar kota
dengan desa melahirkan generasi Indonesia.
Lebih
cepat, lebih baik, lebih murah telah poelang kampoeng, jadi gubernur senior
Sulawesi. Merdeka-nya Mega sebagai presidennya wong cilik tetap dibelaskasihani
dan diingat sebagai puteri Proklamator Soekarno.
Tampilnya
generasi muda sudah keharusan sejarah dan tak boleh ditawar lagi. Orang tak
perlu merepotkan latar belakang pendidikan formal, dikotomi sipil-militer,
warna parpol, sering muncul atau tidaknya di media massa. Terror media massa
yang menampilkan sosok paling dicari lebih dahsyat daripada terror bom. Oknum
yang punya kedekatan dengan media massa (dengan tariff tinggi) wajahnya bisa
sering nongol dan ngobrol, dan bak pariwara akan diputra ulang. Ibarat
peristiwa kriminal, sang tokoh di balik layar akan diwawancarai dalam tempat
yang sama, waktu yang tidak sama dan gaya yang berani beda. Generasi muda tidak
harus dari kalangan penyelenggara negara, atau pengusaha atau dari anasir
formal lainnya. Generasi muda merupakan kehendak sejarah dan yang penting
rakyat siap dengan kondisi tersebut.
Bila
bisa dibilang bahwa 2009-2014 merupakan puncak kebrutalan parpolis di semua
lini dan jalur pemerintahan. Secara internal parpol, antara generasi tua dengan
generasi muda sering terjadi gesekan utawa friksi. Kebijakan pucuk pimpinan
parpol tak sinkron dengan kebutuhan nyata akar rumput. Bahkan di pusat
(Jakarta) antar tokoh tak mau kalah bersaing. Bagi yang punya duit semua akan
jadi mudah dalam tataran dan takaran rupiah.
Gelombang generasi
muda masih punya waktu untuk mematangkan dan memantapkan diri, 5 tahun waktu yang
relatif cepat atau lambat (hn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar