Halaman

Jumat, 13 Juni 2014

Berani Jujur Kepada Diri Sendiri

 Oase     Dibaca :129 kali , 0 komentar

 Ditulis : Herwin Nur,  06 Maret 2014 | 06:17


Kejahatan Pertama Manusia
Fiman Allah yang diabadikan dalam Al-Qur’an [QS Al Maa’idah (5) : 27] :  “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".”, mengandung multitafsir, multihikmah dan multimakna. 
S.d ayat ke 32 surat Al Maa’idah, meriwayatkan kisah pembunuhan pertama manusia dan besarnya malapetaka akibat pembunuhan. Tersirat bahwa Qabil merasa qurbannya ditolak oleh Allah swt karena dilakukan alas dasar hasud (kedengkian). Karena kebakhilannya pula Qabil memilihkan domba peliharaannya yang kurus untuk untuk diqurbankan.  
Peristiwa qurban yang dilakukan dua bersaudara dari putra Adam a.s adalah merupakan solusi dari polemik perang dingin yang terjadi antara keduanya dalam mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah sebagai pasangan hidup.      
Qabil jujur atas kekurangannya dalam melakukan qurban, masalah muncul karena tidak mau menerima kenyataan tersebut. Qabil juga jujur karena merasa tidak mampu berbuat seperti burung gagak untuk menguburkan mayat saudaranya Habil (ayat ke 31 surat Al Maa’idah).Dampak akibat tindakan Qabil tidak mau menerima kenyataan kekurangannya dalam berqurban,  terlebih dengan mengedepankan hawa nafsu, menjadikannya masuk orang-orang yang merugi dan menyesal. 
Ironisnya, di zaman sekarang, soal jujur atau tidak, ada yang masuk kuadran “dia tidak tahu apakah dirinya berkata/berbuat jujur atau tidak”. Selain dibutuhkan keberanian, jujur juga membutuhkan kecerdasan, karena jujur berdampak pada kebaikkan harian. 
Kompilasi Jujur
Jujur kepada diri sendiri, tidak harus diucapkan, apalagi kepada orang lain, sebagai upaya merendahkan diri. Awal dari evalusi diri, untuk menemukenali siapa diri sesungguhnya. Bersyukur atas segala yang ada dan melekat di diri sendiri. Menyiapkan diri untuk berfikir, berucap dan bertindak melalui masukan dari panca indra,  diproses otak dan disaring qolbu atau hati. Satunya kata dengan perbuatan, sesuainya ucap mulut dengan fakta, sinkronnya lahir dan batin. 
Jujur kepada diri sendiri, dimulai dari rasa yakin sebagai makhuk ciptaan-Nya, sebagai hamba-Nya, sebagai wujud penghambaan kepada Allah secara total. Kehidupan di dunia yang dilakoni sebagai syarat kembali kepada-Nya. Mampu melihat kekurangan diri, kesalahan diri yang mengarah pengakuan atas dosa diri, diikuti rasa sesal yang dalam dan sepadan atasnya, serta tekad yang kuat untuk tidak mengulanginya. Tidak terjebak dalam kehidupan rutin harian yang mengulang kesalahan dan dosa yang sama. 
Jujur kepada diri sendiri, mau belajar`dari alam, membaca ayat kauniyah, bahkan seperti Qobil yang  tidak segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya (belajar dari burung gagak bagaimana cara mengubur mayat). Peringatan dari manusia berupa olok-olok, ejekan, cemooh, hinaan; hjatan, sindiran, kritikan atau bentuk masukan lain, karena kita kurang mampu lihat diri sendiri. Atau kita terlena dengan pujian, sanjungan dan penghormatan lahir. Peringatan dari Allah, karena kita tidak mampu membawakan peran diri sendiri, secara tak sadar kita terkontaminasi kehidupan dunia. 
Jujur kepada diri sendiri, untuk menyiapkan dan menentukan langkah panjang dan mengantisipasi akibat dari langkah yang akan kita tempuh, di kehidupan dunia yang sekedar singgah. Memanfaatkan  lima hal sebelum terwujud lima hal yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw bersabda : “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim). (Herwin Nur/Wasathon.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar