Jumat, 01/09/2006 11:36
dicari, aktor berwajah koruptor
Ahli gizi dan pakar
tuna rungu se Nusantara sepakat bulat bahwa narkoba diartikan sebagai
benar-benar konyol dan berbahaya. Negara adidaya dan bolonya tak akan
mengeluarkan travel warning, agar warga negaranya tak mengadakan transaksi
narkoba ke Indonesia. Karena secara historis memang merekalah biangnya. Biang
dari segala keonaran dunia, dengan dalih dan alasan apapun. Bahkan PBB bisa
dikebiri dan didikte luar dalam.
NKRI sebagai pasar
potensial bagi para produsen, pemasok dan pengedar narkoba. Tayangan pemburu
hantu bisa disiarkan langsung via media kaca. Entah sebagai hiburan atas
ketakberdayaan kita atau bahkan cara sederhana melecehkan ketidakmampuan kita
di segala bidang. Bangga atas peringkat utama skala dunia dalam hal korupsi.
Korupsi tidak ada ilmunya, tidak ada teorinya. Tinggal praktek dan dijalankan
secara seksama dengan hasil untuk waktu selama pemanfaatan.
Jadi, barangsiapa
yang merasa punya wajah untuk tampil sebagai figuran dapat berkolaborasi dengan
tim penggali mayat. Tayang rekaman sinetron di layar kaca, terutama milik
swasta, bukan mewakili kehidupan nyata. Tepatnya justru menggambarkan kehidupan
pemainnya. Tak perlu pemain watak, tak butuh pemain berbakat, tak harus melalui
pendidikan teater. Gambaran nyata yang ditayangkan, sangat membutuhkan berbagai
pemain. Ada yang mewakili dirinya, ada yang mewakili orang lain. Sinetrom
bernuansa, berlatar belakang, berbasis korupsi sangat kita butuhkan. Sebagai
bukti sejarah perjalanan korupsi, dari waktu ke waktu, dari sistem ke sistem,
dari pemerintahan ke penerusnya.
Sayang, dari deretan
koruptor yang sudah terpidana belum bisa dijabarkan watak dan karakternya. Atau
karena banyak yang mirip. Bagi koruptor yang terlanjur kabur, fotonya pun juga
sudah kabur, buram. Mungkin di sekitar kita terdapat wajah berwajah koruptor.
(hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar