Halaman

Minggu, 29 Juni 2014

Dicari, aktor berwajah koruptor

Beranda » Berita » Opini
Jumat, 01/09/2006 11:36

dicari, aktor berwajah koruptor

Ahli gizi dan pakar tuna rungu se Nusantara sepakat bulat bahwa narkoba diartikan sebagai benar-benar konyol dan berbahaya. Negara adidaya dan bolonya tak akan mengeluarkan travel warning, agar warga negaranya tak mengadakan transaksi narkoba ke Indonesia. Karena secara historis memang merekalah biangnya. Biang dari segala keonaran dunia, dengan dalih dan alasan apapun. Bahkan PBB bisa dikebiri dan didikte luar dalam.

NKRI sebagai pasar potensial bagi para produsen, pemasok dan pengedar narkoba. Tayangan pemburu hantu bisa disiarkan langsung via media kaca. Entah sebagai hiburan atas ketakberdayaan kita atau bahkan cara sederhana melecehkan ketidakmampuan kita di segala bidang. Bangga atas peringkat utama skala dunia dalam hal korupsi. Korupsi tidak ada ilmunya, tidak ada teorinya. Tinggal praktek dan dijalankan secara seksama dengan hasil untuk waktu selama pemanfaatan.

Jadi, barangsiapa yang merasa punya wajah untuk tampil sebagai figuran dapat berkolaborasi dengan tim penggali mayat. Tayang rekaman sinetron di layar kaca, terutama milik swasta, bukan mewakili kehidupan nyata. Tepatnya justru menggambarkan kehidupan pemainnya. Tak perlu pemain watak, tak butuh pemain berbakat, tak harus melalui pendidikan teater. Gambaran nyata yang ditayangkan, sangat membutuhkan berbagai pemain. Ada yang mewakili dirinya, ada yang mewakili orang lain. Sinetrom bernuansa, berlatar belakang, berbasis korupsi sangat kita butuhkan. Sebagai bukti sejarah perjalanan korupsi, dari waktu ke waktu, dari sistem ke sistem, dari pemerintahan ke penerusnya.

Sayang, dari deretan koruptor yang sudah terpidana belum bisa dijabarkan watak dan karakternya. Atau karena banyak yang mirip. Bagi koruptor yang terlanjur kabur, fotonya pun juga sudah kabur, buram. Mungkin di sekitar kita terdapat wajah berwajah koruptor. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar