Halaman

Senin, 30 Juni 2014

GERAKAN MORAL ANTI SALING LIBAS

Beranda » Berita » Opini
Rabu, 09/10/2002 09:11
GERAKAN MORAL ANTI SALING LIBAS*)

Bulatlah sudah ramalan mengapa Bhinneka Tuggal Ika digulirkan oleh para pendiri bangsa dan negara kita. Klimaks jawabannya ketika kita dilanda krisis kebangsaan dalam menyelenggarakan negara. Contoh formalnya yaitu ketika kita bebas mendirikan partai politik, yang berhasil ikut Pemilu 1999 baru 48 parpol. Belum lagi bentuk kebebasan yang meluap dari jalanan sampai merambah ke tatanan paling atas yang notabene sudah mapan. Bahasa "saling libas" merupakan trade mark kekuatan Orde Baru dalam mempertahankan eksistensinya dari pemilu ke pemilu. Ritme inilah yang mengilhami para petualang bahwa untuk eksis harus menang pemilu. Lahirlah kiat untuk beringin, berakan, berhendak, bermau,berminat, berniat sampai berandai-andai dalam mimpi. Dari sekian kiat tadi yang menonjol adalah kiat beringin, yang memang selama ini Beringin-lah yang menjadi biang kerok jalanan. Wabah "Beringin" memang sudah kronis dan akut, kendati sudah diamputasi tetap menularkan virus.

Bak Dasamuka yang seumur dunia, telah menyebarkan berbagai virus keserakahan, ketamakan dan berbagai bentuk jamak kejahatan. Fakta tanpa kata bahwa banyak orang Indonesia "berandai-andai" melihat konflik yang tak kunjung reda. Pengamat ekonomi mengatakan bahwa dengan teori apapun ekonomi Indonesia memang terpuruk dan nyaris ambruk. Selain dikeruk oleh konglomerat kemungkinan lain karena diaduk-aduk oleh para penyelenggara negara yang sedang kemaruk. Ibarat tidak kebagian panen cukup puas dengan mengaduk-aduk tanahnya, siapa tahu ada "sisa-sisa" yang bisa dimanfaatkan. Tulang-tulang sisa inilah yang kini jadi rebutan. Dalam suasana "rebutan balung" inilah maka kita cakar-cakaran, sikut-menyikut, libas-melibas dalam lipatan. Sedemikian memprihatinkan, sehingga negara lain yang pukul gendang kita yang repot-repot joged! Intimidasi kata oleh negara adidaya malah membuktikan bahwa dalam negeri kita banyak anasir saling libas.

Misi yang terekayasa secara sistematis karena adanya dukungan dana dari negara industri senjata. Adanya aliran yang menginginkan terulangnya zaman jahiliah. Berhala yang bernama kekuasaan menjadi dambaan dan pujaan para penggembala dosa. Lengkaplah sudah daftar dosa yang disusun oleh negara adidaya yang bertujuan untuk menebus dosanya di masa yang akan datang. Mosok dosa pun diperanakkan dan dibapak-bapakkan bahkan sampai dipertuhankan.

Saling libas merupakan buah dari perjanjian lama maupun perjanjian baru kawanan setan dengan para penggemar setianya. Kendati ada angin surga tentang persaudaraan, ternyata kita lebih mengedepankan perjanjian dengan setan. Sambil menunggu munculnya tebusan dosa maka kita bebas sebagai pendosa, bebas mengkoleksi berbagai ragam dosa. Dari dosa bawaan sampai dosa kiriman. Dari dosa seputih salju sampai dosa rasa keju. Dari dosa yang tertera dalam kitab-kitab sampai tahunya setelah dihisab.

Bisikan saling libas terkadang memukau kita, bahkan dengan iming-iming sembako atau rayuan pekerjaan bisa memanipulasi akidah seseorang. Memang rancu antara saling libas dengan perpanjangan tangan teroris mancanegara. Untung kita masih ber-Bhinneka Tunggal Ika.(hn) *) maaf, jangan diakronimkan/disingkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar