Halaman

Jumat, 09 Januari 2015

POPULARITAS

Beranda » Berita » Opini
Senin, 28/02/2005 10:54

POPULARITAS

Memandang tingkah laku kawanan politikus, politisi sipil, aktor intelektual penggerak massa sampai pergerakan pemikiran yang mengatasnamakan rakyat jelata atau mengamati dunia maya yang berbasis partai politik jelas kalau ingin? tak perlu memakai kacamata moral. Tetapi perlu belajar sejarah. Dari sejarah kita bisa melihat bahwa justru mereka yang kontra revolusi1945 (zaman Orla) dan anti Pancasila (zaman Orba) malah namanya bisa dikenang oleh sejarah. Ada perbedaan mendasar, yang nyaris kontradiktif, antara populer di masa Orla dan masa Orba. Begitu juga di era Reformasi, sangat ironis, justru mereka yang berhasil melaksanakan KKN dengan gemilang dan kebal dari sentuhan dan jamahan hukum akan menjadi populer.

Kegiatan yang bersentuhan dengan dunia hitam utawa kriminalitas akan mendongkrak popularitas. Jadi, bagi pelaku politik jika telah melaksanakan kewajibannya secara benar dan baik sebagai hal yang lumrah, memang lumrah di dunia kerja. Di dunia artis, berita miring akan mempopulerkan namanya. Berita selingkuh bin cerai menjadi menu utama. Soal prestasi profesi ya sebatas berita tadi. Kebanyakan lebih senang pupuler. Dalam Kamus Dukun Indonesia (KDI) pupuler artinya pupu diler (bahasa Jawa) artinya ........... Banyak pahlawan tanpa tanda jasa yang seumur-umur tidak pernah populer, kalau tidak dilagukan ‘Umar Bakri’?. Memangnya jadi pejabat negera harus populer. RI-1 mempunyai spesifikasi dan karakteristik kepopulerannya. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar