Halaman

Sabtu, 10 Januari 2015

KAMI RAKYAT SUDAH KEBAL DAN TAHAN BANTING

Beranda » Berita » Opini
Senin, 30/09/2002 14:08

KAMI RAKYAT SUDAH . . . . .
Melalui kawah Candradimuka bernama Orde Baru (Orba) akhirnya keluarlah rakyat yang kebal dan tahan banting. Kebal terhadap tekanan politik, intimidasi keamanan, pengkebirian asipirasi dan hati nurasi sampai pengagamaan aliran kepercayaan. Tahan banting terhadap tatanan politik yang susah membedakan mana lawan mana musuh, terhadap tatanan ekonomi yang memakmurkan si kaya dan mengadili si miskin, terhadap tatanan sosial yang melahirkan strata multi kultur, terhadap tatanan hukum yang memraktekkan hukum rimba. Sisi lain, lahirlah masyarakat yang kebal hukum dan muncullah pejabat yang tahan banting terhadap aspirasi masyarakat. Sisa-sisa pejabat Orba yang masih melenggang dan bercokol di era reformasi ini, masih menunjukkan kekebalannya dan daya tahan bantingnya.

Memang sejak Super Semar sampai lengser keprabonnya Soeharto cukup mewarnai suatu generasi. Atau yang paling payah justru melahirkan finalis-finalis yang sangat berkepentingan untuk dirinya dan golongannya. Pasalnya sangat sederhana, kalau di zaman Orba hanya kebagian peran sebagai copet pasar atau maling jemuran maka sekarang memasang badan jadi perampok, entah perampok berkursi ataupun perampok berdasi, yang penting konstitusional. Munculnya ratusan partai politik hanya merupakan puncak gunung es. Masalah yang terpendam harus kita waspadai, siap-siap meledak dan menghancurkan bangsa ini. Eksesnya sudah kita rasakan dengan tertelannya peradaban bangsa oleh sebaran Narkoba dan beredarnya pornografi.

Tuduhan Amerika Serikat (AS) yang memojokkan negara Indonesia, dengan berbagai rekayasa tuduhan dan hasuktan, harus kita buktikan bahwa kita bangsa yang beragama dan beradab. Lucunya, barisan oknum yang kebakaran jenggot atas ulah AS adalah mereka yang notabene adalah para petualang di segala bidang, minimal mereka yang sedang naik daun cari muka. Rakyat yang sudah sedemikan kebal dan tahan banting terhadap tekanan yang dilakukan secara sistematis, akurat dan terkendali oleh para penguasa Orba (mulai dari Lurah/Kepala Desa sampai Kepala Negara), akhirnya mempunyai kesempatan untuk melihat siapa saja negarawan, politikus atau perakus yang yang sekedar nampang atau jual tampang ala kadarnya.

Sampai Pemilu 2004 sudah banyak catatan sejarah yang membuktikan atau mengidikasikannya. Pasca Pemilu 2004 merupakan transisi untuk menyeleksi siapa pemimpin nasional sejatinya, bukan kader tiban atau karbitan. Kasus terdamparnya TKI di Nunukan membuktikan mana ada Parpol, LSM atau siapa saja yang tergerak hatinya untuk memberikan bantuan yang konkrit. Kalau kritik atau saran tinggal ambil di jalanan. Akhir kata, intinya bahwa bangsa dan negara adalah fungsi rakyat. Rakyat sudah jenuh dengan Bharata Yudha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar