Rabu, 11/04/2007 08:23
partai terakhir
reformasi
apa yang tabu di era
Orde Baru (Orba), begitu beralih ke era Reformasi bisa menjadi transparan,
elegan dan manusiawi. KKN yang seawal dan semula didominasi oleh oknum yang
dekat dengan poros kekuasaan dan penguasa Orba, sekarang telah merata dan
merambah ke berbagai penjuru perkehidupan berpolitik.
6 kali pemilu di era
Orba sudah bisa ditebak siapa pemenangnya dan siapa yang memenangkannya. Di era
Reformasi, baru 3 (telu) RI-1 yang menjadi korban uji coba. secara sadar kita
mengulang sejarah bahwa politik sebagai panglima, politik adalah segala-galanya,
politik menjadi berhala baru. kemutlakan petinggi parpol golkar, merangkap RI-2
2004-2009, sangat paham bahwa parpol adalah pencetak penyelenggara negara.
semasa Orba, golkar yang belum partai, memang sebagai kendaraan politik Pak
Harto sekaligus pabrik menteri, gubernur, kader karbit, dedengkot jenggot.
jangan memperolok atau mengolek-olok partai, hiba mr. MJK ketum partai golkar.
balas jasa vs balas
dendam sulit dipungkiri bahwa era SBY + MJK sebagai era transisi, sebagai musim
pancaroba. di era ini NKRI diuji masih mau bersatu atau tidak. sumber potensial
perpecahan, atau apapun sebutan ilmiahnya, adalah manusia politik Indonesia.
manusia politik sebagai sumber berbagai sumber bencana. mulai adanya koalisi
kebangsaan sampai bencana alam ala lumpur lapindo.
orang hanya menyorot
kinerja barisan pembantu presiden, tidak menyoal bagaimana martabat legislatif
dan atau yudikatif. bagi kader parpol yang tidak kebagian jatah utawa kursi di
era SBY + MJK, bukan berarti telah dan sudah masuk kotak dalang atau mati
langkah. masih ada hari esok.
masih banyak jalan
dan upaya untuk memakmurkan negeri ini. jika negeri ini makmur, seperti harapan
NKRI 2030, berarti rakyatnya memang makmur. bukan bahwa nusantara adalah
kumpulan kecil orang makmur, persatuan perwakilan orang makmur. asal jangan
orang makmur sebagai atraksi suguhan untuk turis mancanegara. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar