Halaman

Selasa, 13 Januari 2015

DIKOTOMI PSSI, KUALITAS PENGURUS vs KUALITAS PEMAIN

Beranda » Berita » Opini
Minggu, 03/04/2011 11:22

DIKOTOMI PSSI, KUALITAS PENGURUS vs KUALITAS PEMAIN
  
Kita bisa mengacu pada kiprah dan prestasi perbulutangkisan Indonesia. Walau ahli “menangkis” sampai tingkat dunia, pebulutangkis (pengurus dan pemain) tetap terbuka pada berbagai ragam masukan. Justru hal ini yang menjadikan PBSI bisa masuk pasar taruhan atau bursa champion. PBSI bisa krisis pemain, tapi pembibitan dan pembinaan diam-diam tetap ada, luput dari peliputan media masa.

PSSI memang ahli “menyepak”, sehingga kalau sehari tidak ada yang disepak, kaki gatal. Dalam pasal “menyepak”, pengurus PSSI tidak kenal mana lawan, mana kawan. Asal kaki lengah bisa jadi sasaran. Di bawah Ketum NK, bukan salah NK saja, tapi kualitas SDM pengurus PSSI tidak bisa diajak lari kencang, zigzag, mengecoh lawan, memberi umpan ke kawan. Ketum main sendiri (yang ngekor cuma sekjen), pengurus yang lain main sendiri. Ketika jelang tanding, PSSI baru sibuk susun timnas. Menang syukur, kalah disyukurin. Belum dampak tanding yang melibatkan suporter.  Krisis pemain PSSI diatasi dengan buka kran import pemain asing, pemain bayaran, blasteran, naturalisasi.

Banyak pesepak bola klas kampung yang dilirik pencari bakat dan akhirnya masuk timnas. Ironis, pengurus PSSI lebih menyukai Ketum dari kalangan bukan kampung. Atau karena bung NK memang ahli “menyepak”, minimal ahli menangkap peluang dan uang?


Intervensi Pemerintah, melalui Menpora, bisa diatasi jika PSSI dijadikan semacam badan otoritas di negeri sendiri [HaeN].Wallahu a ‘lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar