Minggu,
03/04/2011 11:22
DIKOTOMI
PSSI, KUALITAS PENGURUS vs KUALITAS PEMAIN
Kita bisa mengacu pada kiprah dan prestasi
perbulutangkisan Indonesia. Walau ahli “menangkis” sampai tingkat dunia,
pebulutangkis (pengurus dan pemain) tetap terbuka pada berbagai ragam masukan.
Justru hal ini yang menjadikan PBSI bisa masuk pasar taruhan atau bursa
champion. PBSI bisa krisis pemain, tapi pembibitan dan pembinaan diam-diam
tetap ada, luput dari peliputan media masa.
PSSI memang ahli “menyepak”, sehingga kalau sehari tidak
ada yang disepak, kaki gatal. Dalam pasal “menyepak”, pengurus PSSI tidak kenal
mana lawan, mana kawan. Asal kaki lengah bisa jadi sasaran. Di bawah Ketum NK,
bukan salah NK saja, tapi kualitas SDM pengurus PSSI tidak bisa diajak lari
kencang, zigzag, mengecoh lawan, memberi umpan ke kawan. Ketum main sendiri
(yang ngekor cuma sekjen), pengurus yang lain main sendiri. Ketika jelang
tanding, PSSI baru sibuk susun timnas. Menang syukur, kalah disyukurin. Belum
dampak tanding yang melibatkan suporter. Krisis pemain PSSI diatasi
dengan buka kran import pemain asing, pemain bayaran, blasteran, naturalisasi.
Banyak pesepak bola klas kampung yang dilirik pencari
bakat dan akhirnya masuk timnas. Ironis, pengurus PSSI lebih menyukai Ketum
dari kalangan bukan kampung. Atau karena bung NK memang ahli “menyepak”,
minimal ahli menangkap peluang dan uang?
Intervensi Pemerintah, melalui Menpora, bisa diatasi
jika PSSI dijadikan semacam badan otoritas di negeri sendiri [HaeN].Wallahu
a ‘lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar