Senin, 04/04/2005
09:07
PDI-P vs BOLA SALJU
Bermain politik mirip
bersepak bola ria. Semua bisa diperhitungkan di atas kertas. Berbagai rumus
dipakai untuk meramal gol yang bisa dicetak. Otak-atik angka pun menjurus pasar
taruhan. Bedanya, di persepakbolaan untuk mendapat pemain sekitar 11 (sebelas)
akan menguras waktu, dana, tenaga yang lumayan. Banyak faktor yang mempengaruhi
/ menentukan. Kalau di parpol, justru para pemain atau pengurusnya yang
membutuhkan dana, waktu dan sedikit tenaga untuk mengikuti dan menang dalam
pertandingan lima tahunan.
Begitu juga dengan
PDI-P, partainya wong cilik, siap bertanding lima tahun ke depan. Sejarah
selalu berulang. Bedanya, Pemilu 1999 secara kebetulan karena tekanan politis
di era Orde Baru, PDI-P mendapat limpahan rasa kasihan dari wong cilik. Begitu
sejarah membuktikan betapa Ibu Negara yang juga Kepala Negara menjadi RI-1 wong
cilik bisa melihat, menilai, merasa sampai berakhir di Pemilu 2004.
Teori PDI-P jelas
bertolak belakang dengan teori gelundungan bola salju, semakin menggelinding
semakin besar. PDI-P semakin menggelinding semakin menciut. Keberuntungan
sejarah bisa memihak PDI-P. Secara politis, jika parpol pemenang Pemilu 2004
atau yang sekarang sedang menyelenggarakan negara tidak memakmurkan rakyat,
jelas nanti akan ditinggal pemilihnya dalam Pemilu 2009. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar